Tepat pukul 13.50 WIB, Minggu (1/8), Tim Ekspedisi Tujuh Puncak Dunia
dari perhimpunan penempuh rimba dan pendaki gunung Wanadri mengibarkan
Merah Putih di puncak Kilimanjaro atau Uhuru (5.895 meter), Tanzania.
Inilah puncak tertinggi Benua Afrika. Kami menjejaknya di suhu minus 7
derajat celsius.
Uhuru menjadi puncak kedua dari tujuh puncak tertinggi di tujuh
benua yang dapat dicapai tim ini. Puncak pertama ialah Ndugu-Ndugu atau
Carstensz Pyramid (4.884 meter) di Provinsi Papua, Indonesia, mewakili
benua Oceania-Australia, dan dicapai pada 18 April 2010.
Uhuru, puncak tertinggi di Afrika itu, dicapai setelah sepuluh jam
pendakian dari pemondokan (hut) Kibo (4.714 meter). Tim memulai
pendakian dari Kibo pukul 03.15 WIB. Kibo merupakan penginapan terakhir
untuk para pendaki Gunung Kilimanjaro dari jalur Desa Marangu.
Kondisi medan di jalur pendakian berupa padang pasir dan berbatu.
Dua langkah kaki menanjak, turun satu langkah. Bebatuan rentan runtuh
akibat terinjak. Tingkat kecuraman jalur pendakian 45 derajat. Bahkan,
di beberapa tempat seperti menjelang Gilman’s Point (5.681 meter),
jalur pendakian lebih curam lagi.
Suhu udara pada saat keberangkatan tercatat minus 2 derajat celsius.
Suhu semakin dingin seiring bertambahnya ketinggian. Angin bertiup
kencang membuat udara terasa amat dingin.
Sejak titik ketinggian Gilman’s Point hingga puncak Uhuru, suhu
terus turun hingga minus 7 derajat celsius, dan benar-benar membuat
tubuh menggigil. Saya bersyukur, meski persiapan saya amat singkat dan
polanya menjelang keberangkatan, pertarungan diri dengan
Kilimanjaro—puncak legendaris dunia ini—bisa saya lampaui. Gairah yang
meluap, dan kegembiraan untuk menapaki Kilimanjaro, membuat tim kami
mampu menggapai salah satu puncak dunia itu.
Meskipun sudah dibalut tiga lapis pakaian hangat, termasuk jaket dan
celana tahan angin (windbraker) dan sarung tangan berbahan penghasil
panas (termal atau goretex), tubuh begitu kedinginan.
Dan apa boleh buat, satu dari enam anggota tim pendaki gagal
mencapai Uhuru. Gina Afriani terserang penyakit gunung dan hipotermia
”hanya” sekitar 600 meter sebelum menapaki puncak Uhuru atau
Kilimanjaro. Ia terpaksa harus turun, untuk pemulihan fisik, ke daerah
Kibo.
Di ketinggian sekitar 5.700 meter, gadis kelahiran Sumedang tahun
1988 ini ngedrop. Gina menggigil kedinginan, hampir kehilangan
kesadaran, dan muntah-muntah. Suhu udara tetap di sekitar minus 7
derajat celsius, dan terpaan angin begitu kencang.
Dalam kondisi ekstrem seperti itu, untunglah anggota tim dengan
sigap merawat Gina sehingga mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia,
Bandung, ini tidak sampai kritis. Tubuh Gina dibalut dengan pakaian
hangat tambahan, dipeluk, dan terkena sinar matahari. Gina juga diberi
air panas.
Setelah sadar dan bisa berjalan, Gina dibawa turun ke Kibo untuk
pemulihan kondisi. Ia ditemani Hendricus Mutter, pendaki senior
Wanadri. Gina sempat menolak turun karena ingin mencapai puncak Uhuru
yang sudah dekat. ”Aku enggak mau turun,” katanya. Untuk sesaat
pernyataan rekan kami satu tim itu merupakan kondisi angguk-geleng
(dilematis) tentu saja.
Namun, tim segera mengambil keputusan penting dan tepat: Gina harus
turun untuk menghindari risiko lebih tinggi mengingat kondisi cuaca
yang tidak bisa diprediksi apakah membaik atau justru memburuk.
Tentu saja, ketidakhadiran Gina di puncak Kilimanjaro seperti
sesuatu yang lowong bagi seluruh tim. Sebutlah, ungkapan anggota tim
Nurhuda yang mengatakan keberhasilan tim mengibarkan Merah Putih di
Uhuru terasa tidak lengkap tanpa kehadiran Gina. ”Saya sampai susah
melaporkan situasi ini ke Jakarta,” katanya kepada Kompas di puncak
Uhuru.
Bagaimanapun, 12 anggota tim akhirnya berhasil mendaki Kilimanjaro
setelah semuanya melewati dan melampaui kawasan ketinggian Gilman’s
Point.
”Siapa pun yang bisa mendaki hingga Gilman’s Point di jalur ini
sudah pasti mereka itu akan memperoleh sertifikat keberhasilan mendaki
Kilimanjaro,” kata pendaki gaek Augustino (64), salah satu pemandu
pendakian tim, warga setempat. Artinya, Gina sudah dianggap berhasil
mendaki Kilimanjaro meskipun belum bisa mencapai Uhuru.
Senin pagi kemarin, Gina tak ingin melepaskan Kilimanjaro dalam
sejarah hidupnya. Kami memperoleh kabar, ia kembali meneruskan
pendakian menuju puncak Uhuru ditemani pendaki lain bernama Hendricus.
Anggota tim lainnya yang sudah sampai Kilimanjaro, Senin siang, dalam perjalanan turun ke Desa Marangu.
Kami semua berdoa dan berharap semoga sahabat kami, Gina, pun pada
Senin siang ini berhasil menapakkan kakinya di puncak Uhuru, salah satu
gunung legenda dunia.
0 komentar:
Posting Komentar