TEL AVIV (Berita SuaraMedia) – Seorang pejabat senior agen intelijen
Shin Bet Israel mengatakan kepada Radio Israel pada hari Senin bahwa
sejumlah "teroris Yahudi" masih ada dan sedang merencanakan serangan di
masa mendatang.
Pengumuman pejabat itu dilontarkan sehari setelah Israel mencabut
perintah bohong yang mengungkapkan bahwa polisi telah menahan pemukim
Yahudi Yaakov Teitel atas tuduhan membunuh dua orang Palestina dan
melakukan serangkaian serangan bom.
Mendebat klaim dari pengacara Teitel sehari sebelumnya, pejabat Shin Bet itu bersikukuh bahwa pemukim tersebut tidak sakit jiwa, sebaliknya ia justru digambarkan sebagai seorang ekstremis, yang bertindak dengan hati-hati dan canggih.
Pejabat itu mengatakan bahwa Teitel dan pendukungnya dapat dianggap
jauh lebih berbahaya daripada gerakan Yahudi bawah tanah dan Yigal Amir,
yang membunuh mantan perdana menteri Yitzak Rabin 14 tahun lalu.
"Kau tidak memerlukan gerakan bawah tanah dengan 100 anggota untuk
mengakibatkan kerusakan yang parah," ujar pejabat Shin Bet tersebut.
Seorang imigran dari AS, Teitel yang berusia 37 tahun ditahan di
Yerusalem pada tanggal 7 Oktober. Pemerintah mengatakan bahwa ia
mengaku telah menembak mati seorang penggembala Palestina di selatan
Hebron pada tahun 1997 dan membunuh seorang supir taksi di Yerusalem
Timur pada tahun yang sama.
Teitel juga menjadi tersangka serangkaian kasus serangan bom,
termasuk salah satu serangan yang melukai seorang remaja dari keluarga
Yahudi Messianik di pemukiman Ariel, dan serangan lain yang melukai
sejarawan Universitas Hebrew, Zeev Sternhell.
Ia juga dituduh bertanggung jawab atas ledakan yang merusak mobil polisi pada saat berlangsungnya parade Gay Pride.
Teitel bahkan mengklaim dalam proses interogasi bahwa ia terlibat
dalam serangan terhadap sebuah klub pemuda lesbian dan gay di Tel Aviv
pada bulan Agustus, yang mengakibatkan tewasnya dua orang. Namun,
petugas keamanan Israel mengatakan bahwa tidak ada cukup bukti untuk
mengaitkannya dengan penembakan itu.
Dalam sebuah penggeledahan di rumahnya, polisi mengklaim telah
menemukan beberapa pucuk senapan, pistol dan bahan peledak. Namun mereka
tidak dapat menemukan senjata yang digunakan untuk membunuh kedua orang
Palestina itu.
Teitel, warga pemukiman Shvut Rachel di Tepi Barat, lahir di Florida,
AS, dan bepergian ke Israel dan wilayah pendudukan Palestina di tahun
1990an sebelum akhirnya berimigrasi di tahun 2000.
Koran Haaretz melaporkan bahwa pria itu mulai terlibat dengan gerakan
"Hilltop Youth" yang melakukan mobilisasi akar rumput radikal melawan
Palestina dan bahkan pasukan Israel atas apa yang mereka anggap sebagai
kewajiban relijius untuk menempati "Tanah Israel".
Pasca penembakan terhadap penggembala Palestina, Issa Jibril, tahun
1997, Teitel mengatakan pada pemerintah bahwa ia datang ke negara itu
dengan tujuan spesifik untuk membunuh orang-orang Palestina sebagai
balas dendam. (rin/mn) www.suaramedia.com
0 komentar:
Posting Komentar