Jumat, 31 Mei 2013

Soekarno mendirikan Algemene Studie Club di Bandung. Organisasi ini menjadi cikal bakal Partai Nasional Indonesia yang didirikan pada tahun 1927. Aktivitas Soekarno di PNI inilah yang membuat dia mendekam di penjara Banceuy dan kemudian dipindahkan ke Sukamiskin pada tahun 1930.


Saat dipenjara, Soekarno mengandalkan hidupnya dari sang istri. Seluruh kebutuhan hidup dipasok oleh Inggit yang dibantu oleh kakak kandung Soekarno, Sukarmini atau yang lebih dikenal sebagai Ibu Wardoyo.

Saat dipindahkan ke penjara Sukamiskin, pengawasan terhadap Soekarno semakin keras dan ketat. Dia dikategorikan sebagai tahanan yang berbahaya. Bahkan untuk mengisolasi Soekarno agar tidak mendapat informasi dari luar, dia digabungkan dengan para tahanan 'elite'. Kelompok tahanan ini sebagian besar terdiri dari orang Belanda yang terlibat korupsi, penyelewengan, atau penggelapan. Tentu saja, obrolan dengan mereka tidak nyambung dengan Bung Karno muda yang sedang bersemangat membahas perjuangan kemerdekaan. Paling banter yang dibicarakan adalah soal makanan, cuaca, dan hal-hal yang tidak penting.

Beberapa bulan pertama menjadi tahanan di Sukamiskin, komunikasi Bung Karno dengan rekan-rekan seperjuangannya nyaris putus sama sekali. Tapi sebenarnya, ada berbagai cara dan akal yang dilakukan Soekarno untuk tetap mendapat informasi dari luar.

Hal itu terjadi saat pihak penjara membolehkan Soekarno menerima kiriman makanan dan telur dari luar. Telur yang merupakan barang dagangan Inggit itu selalu diperiksa ketat oleh sipir sebelum diterima Bung Karno.

Seperti yang dituturkan Ibu Wardoyo yang dikutip dalam buku 'Bung Karno Masa Muda' terbitan Pustaka Antarkota tahun 1978, telur menjadi alat komunikasi untuk mengabarkan keadaan di luar penjara. Caranya, bila Inggit mengirim telur asin, artinya di luar ada kabar buruk yang menimpa rekan-rekan Bung Karno. Namun dia hanya bisa menduga-duga saja kabar buruk tersebut, karena Inggit tidak bisa menjelaskan secara detail.

Seiring berjalannya waktu, Soekarno dan Inggit kemudian menemukan cara yang lebih canggih untuk mengelabui Belanda. Medianya masih sama, telur. Namun, telur tersebut telah ditusuk-tusuk dengan jarum halus dan pesan lebih detail mengenai kabar buruk itu dapat dipahami Bung Karno. Satu tusukan di telur berarti semua kabar baik, dua tusukan artinya seorang teman ditangkap, dan tiga tusukan berarti ada penyergapan besar-besaran terhadap para aktivis pergerakan kemerdekaan.

Ada lagi cara yang lebih rumit dengan menggunakan media buku-buku agama hingga Alquran. Inggit yang mendapat jatah berkunjung dua kali sepekan diizinkan membawa buku-buku agama dan Alquran. Misalnya, Bung Karno dikirimi Alquran tanggal 24 bulan April. Maka Bung Karno harus membuka surat Alquran keempat di halaman 24. Di bawah huruf-huruf tertentu pada halaman tersebut terdapat lubang-lubang kecil seperti huruf Braille. Contohnya di bawah huruf B ada tusukan, selanjutnya di bawah huruf U, dan seterusnya, hingga membentuk rangkaian kata dan kalimat yang berisi kabar dari rekan-rekan seperjuangannya yang berada di luar penjara.

Satu lagi model komunikasi yang digunakan Bung Karno. Cara ini dipilih Ibu Wardoyo, yang selalu menemani Inggit membesuk ke penjara Sukamiskin. Dia menggunakan bahasa tubuh seperti menarik telinga, menyilangkan jari, mengedipkan mata, menggerakan satu tangan, hingga menggerakkan bagian muka. Semua kode itu sudah dipahami maknanya oleh Bung Karno.

Selama menjalani masa hukuman dari Desember 1929 hingga dibebaskan pada tanggal 31 Desember 1931, Soekarno tidak pernah dijenguk oleh kedua orangtuanya yang berada Blitar. Menurut Ibu Wardoyo, orang tua mereka Raden Soekemi Sosrodihardjo dan Ida Ayu Nyoman Rai tidak sanggup melihat anak yang mereka banggakan itu berada di tempat hina yakni penjara dan dalam posisi yang tidak berdaya.

Apalagi, saat di Sukamiskin, menurut Ibu Wardoyo, kondisi Soekarno demikian kurus dan hitam. Namun Bung Karno beralasan, dia sengaja membuat kulitnya menjadi hitam dengan bekerja dan bergerak di bawah terik matahari untuk memanaskan tulang-tulangnya. Sebab di dalam sel tidak ada sinar matahari, lembab, gelap, dan dingin.

Related Posts:

  • Mbah Hadi pun Meninggalkan Bung Karno Ini adalah fragmen lanjutan tentang Mbah Hadi, Haji Hadi Sukismo, seorang pengawal spiritual Bung Karno. Saat dijumpai di kediamannya, Bakulan Wetan, RT 04/RW 04, Desa Patalan, Kecamatan Jetis, Bantul Akhir november … Read More
  • Hadi Sukismo, Pengawal Spiritual Bung Karno Ini adalah salah satu bagian dari sejarah yang tercecer. Bung Karno, banyak dikelilingi pengawal. Nah, pengawal ini pengertiannya ada yang ofisial, dalam arti organik di struktur Detasemen Kawal Presiden (DKP), ada… Read More
  • Bung Karno Buka Rahasia Cara Membunuh Dirinya Bagi sebagian besar rakyat Indonesia, pasti –setidaknya– pernah mendengar legenda, atau dongeng leluhur. Dalam legenda-legenda atau dongeng-dongeng masa lalu, acap terselip tentang kedigdayaan seorang ksatria, seorang… Read More
  • Bung Karno Seorang Komunis? Entah perasaan apa yang ada di dada ini, ketika adik-adik kita (untuk menyebut pengunjung blogku yang  jauh lebih muda dari saya), menyoal kembali soal Bung Karno dan komunisme. Menyoal kembali pemahaman yang ent… Read More
  • Codot pun Ingin Melihat Ni Pollok Ni Pollok adalah legenda penari Bali. Akan tetapi belum ada yang menyebutkan bahwa Ni Pollok juga memiliki andil cukup besar bagi pertumbuhan dunia pariwisata Bali. Kisahnya bermula dari momen tahun 30-an, saat i… Read More

0 komentar:

Posting Komentar

Sample Text

Follow Us on Facebook



JOIN WITH US

Popular Posts