Minggu, 10 Februari 2013

CharlieWilson 


O, ya… mundur sedikit ke belakang, ke saat di mana Bung Karno tiba di Gedung Putih, disambut Kennedy di bawah. Ketika itu, Kennedy sempat memperkenalkan para staf yang mendampinginya. Salah satunya adalah Menteri Pertahanan Amerika Serikat, Charles Wilson, nama lengkapnya Charless Nesbitt Wilson. Politisi kelahiran Texas tahun 1 Juni 1933, alias satu zodiak dengan Bung Karno.

bersama keneddy2 
Adalah kebiasaan Presiden AS, John F. Kennedy menerima tamu-tamu negara di lantai atas Gedung Putih. Tapi protokol itu tidak berlaku bagi Sukarno, Presiden Republik Indonesia. Dan itu dinyatakan langsung kepada protokol Gedung Putih, “Kennedy mesti turun. Sambut saya di bawah. Kalau tidak, saya tidak akan datang.”
Entah bagaimana si petugas protokol itu menyampaikannya ke Kennedy. Tetapi yang jelas, ketika Bung Karno datang ke Gedung Putih, Kennedy turun ke ke lantai bawah, dan menyambutnya dengan ramah. Setelah ritual pertemuan dua kepala negara sekadarnya, barulah keduanya bersama-sama menaiki tangga ke atas, diiringi para staf kedua petinggi negara tadi.
Bukan hanya itu. Bung Karno bahkan diberi kesempatan berpidato di Gabungan Kongres dan Senat Amerika Serikat. Ini sangat jarang terjadi, Kepala Negara disambut di Amerika Serikat dengan Sidang Gabungan Kongres dan Senat.
Ketika diperkenalkan, Wilson yang berperawakan gagah dan berwajah macho, maju hendak menyalami Presiden Sukarno. Saat itulah muncul spontanitas humor diplomasi yang sungguh luar biasa dari seorang Sukarno, presiden negara berkembang yang belum lama lepas dari penjajahan Belanda.
Kepada Wilson, Bung Karno tidak sekadar mengulurkan tangan untuk bersalaman. Lebih dari itu, Bung Karno dalam bahasa Inggris yang fasih berkata, “Kombinasi baju dan dasi Tuan tidak bagus,” berkata begitu sambil Bung Karno membetulkan ikatan dasi yang kelihatan miring. Selesai merapikan dasi Menhan Amerika Serikat, Bung Karno melanjutkan ucapannya, “Tuan boleh punya bom atom, tapi kami punya seni yang tinggi.”
Bayangkan, mental siapa yang tidak koyak. Apalagi Bung Karno melakukan semua gerakan dan ucapan tadi dengan sangat penuh percaya diri, disaksikan begitu banyak orang. Dari hal-hal kecil seperti itulah, dignity, harga diri kita sebagai bangsa dibangun oleh Bung Karno, sehingga Indonesia tidak dipandang sebelah mata. (roso daras)

source
http://rosodaras.wordpress.com

Related Posts:

  • Codot pun Ingin Melihat Ni Pollok Ni Pollok adalah legenda penari Bali. Akan tetapi belum ada yang menyebutkan bahwa Ni Pollok juga memiliki andil cukup besar bagi pertumbuhan dunia pariwisata Bali. Kisahnya bermula dari momen tahun 30-an, saat i… Read More
  • Bung Karno, Gabungan Joze Rizal, Bonifacio, Aguinaldo, Mabini, dan Magsaysay   Bagaimana bangsa Filipina melukiskan kebesaran seorang Sukarno? Mereka menggabungkan kesemua tokoh pergerakan Filipina Merdeka ke dalam satu diri seorang Sukarno. Setidaknya, itu yang dinyatakan oleh Presiden … Read More
  • “Tuan Punya Bom Atom, tapi Saya Punya Seni”   O, ya… mundur sedikit ke belakang, ke saat di mana Bung Karno tiba di Gedung Putih, disambut Kennedy di bawah. Ketika itu, Kennedy sempat memperkenalkan para staf yang mendampinginya. Salah satunya adalah … Read More
  • Bung Karno Seorang Komunis? Entah perasaan apa yang ada di dada ini, ketika adik-adik kita (untuk menyebut pengunjung blogku yang  jauh lebih muda dari saya), menyoal kembali soal Bung Karno dan komunisme. Menyoal kembali pemahaman yang ent… Read More
  • Menusuk Penjajah dengan Pena Bung Karno belum lama ini menerima anugerah gelar Pahlawan Nasional dari Pemerintah RI. Di era kepemimpinan Soeharto, ia (dan Hatta) dianugerahi gelar Pahlawan Proklamator. Lepas dari pro dan kontra, saya pribadi mema… Read More

0 komentar:

Posting Komentar

Sample Text

Follow Us on Facebook



JOIN WITH US

Popular Posts