Bagaimana
bangsa Filipina melukiskan kebesaran seorang Sukarno? Mereka
menggabungkan kesemua tokoh pergerakan Filipina Merdeka ke dalam satu
diri seorang Sukarno. Setidaknya, itu yang dinyatakan oleh Presiden
Filipina yang masyhur, Diosdado Macapagal (di kemudian hari kita
mengenal anaknya, Gloria Pacapagal Arroyo menjadi Presiden Filipina).
Sejarah menorehkan peristiwa di hari Selara sore, tanggal 30 Juli 1963, bertempat di Manila, ibukota Filipina. Ketika itu, berlangsung Konferensi Tingkat Tinggi Maphilindo (Malaya, Philipina, Indonesia). Presiden Filipina, Diosdado Macapagal menggagas Maphilindo sebagai realisasi amanat pendiri bangsa, Joze Rizal, untuk menyatukan kembali bangsa-bangsa Melayu yang telah terpecah belah akibat koloni.
Namun di sisi lain, forum itu oleh poros Jakarta – Manila dimaksudkan pula untuk tujuan politik, yaitu menghambat pembentukan negara boneka Malaya oleh Inggris Raya. Terlebih ketika itu, Maphilindo dipandang sangat penting, terkait isu penguasaan daerah oleh sebuah negara. Seperti Filipina yang sempat pengklaim Sabah sebagai bagian dari wilayah mereka.
Akan tetapi, ini bukan kupasan tentang Maphilindo. Ini tentang apresiasi bangsawan dunia terhadap pendiri Republik Indonesia. Presiden Pacapagal menyebutkan, kehadiran Presiden Sukarno dalam Konferensi Maphilindo dinilai sebagai memiliki makna sejarah yang besar. Hal itu mengingat, Bung Karno adalah salah satu orang besar di Asia, bahkan dunia.
Perjuangan Bung Karno dalam memimpin revolusi di Indonesia, perjuangan Bung Karno dalam menggalang persatuan Indonesia, perjuangan Bung Karno menyatukan semua potensi bangsa hingga menjadi sebuah kekuatan besar di Asia, tak lepas dari kebesaran seorang Sukarno. Mapacagal menambahkan dalam pidatonya di pembukaan Konferensi Maphilindo itu, bahwa untuk menggambarkan sosok Sukarno dalam sejarah Indonesia, maka tak ubahnya kita menyamakannya dengan Jose Rizal, Andres Bonifacio, Aguinaldo, Mabini, dan Ramon Magsaysay sekaligus!
Jose Rizal, nama lengkapnya José Protacio Rizal Mercado y Alonso Realonda, lahir 19 Juni 1861, meninggal 30 Desember 1896 pada usia 35 tahun. Ia adalah tokoh bangsa Filipina. Ia diberikan bermacam-macam gelar: “Kebanggaan Ras Melayu,” “Tokoh Besar Malaya,” “Tokoh Utama Filipino,” “Mesias Revolusi,” “Pahlawan Universal,” “Mesias Penebusan.” Hari kematian José Rizal merupakan hari libur di Filipina.
Sedangkan Andres Bonifacio (1863 – 1897) dikenal bangsa Filipina sebagai tokoh perjuangan fisik menentang penjajahan Spanyol. Gerakan bawah tanahnya berhasil menghimpun kekuatan massa hingga 10.000 orang. Berbekal kekuatan itu, Bonifacio melakukan perlawanan melawan penjajah (Spanyol). Penjajah akhirnya berhasil meringkusnya dan mengeksekusinya pada 10 Mei 1897.
Adapun Emilio Aguinaldo (1869 – 1964), adalah tokoh kemerdekaan bangsa Filipina. Dialah presiden pertama negara tersebut. Dia juga tercatat sebagai presiden termuda (28 tahun), dan seluruh hidupnya sejak usia belasan tahun, sudah didedikasikan untuk pergerakan melawan penjajah (Spanyol). Dalam memimpin pergerakan, ia sempat mengungsi ke Hong Kong, kemudian ketika terjadi perang Amerika – Spanyol, ia pulang dan bergabung dengan tengara Amerika untuk mengusir Spanyol dari negaranya.
Adapun tokoh Filipina lainnya, yang disebut sebagai salah satu bagian yang ada dalam diri Sukarno adalah Apolinario Mabini (1864 – 1903). Di negaranya, ia dikenal sebagai pemikir, seorang filosof politik yang unggul, serta seorang yang revolusioner. Melalui pemikiran lahirlah karya monumental Rancangan Konstitusi Republik Filipina. Bangsa Filipina menyebut Mabini sebagai “Otak Revolusi Filipina”.
Adapun Ramon del fierro Magsaysay (1907 – 1957), dikenal sebagai presiden ketujuh Filipina, memimpin sejak 30 Desember 1953 hingga kecelakaan pesawat udara merenggut nyawanya tahun 1957 dalam usia 49 tahun. Semasa kepemimpinannya, Magsaysay yang semula belajar teknik lalu pindah jalur ke ekonomi ini, Filipina menjadi sebuah negara yang maju. Pemerintahannya terkenal sangat bersih, terutama bersih dari korupsi. Di tangannyalah, Filipina mencapai puncak kejayaan di banyak bidang, mulai penumpasan gerakan separatis, kemajuan di bidang ekonomi, sosial, dan kebudayaan.
Apa esensi dari statemen Presiden Macapagal tersebut di atas? Adalah sebuah statemen yang mengokohkan nama Bung Karno di mata dunia imperialis-kapitalis seperti Amerika Serikat. Betapa, seorang presiden dari sebuah negara yang merdeka di bawah bayang-bayang Amerika Serikat, toh mengakui sosok Sukarno sebagai tokoh Asia bahkan dunia. (roso daras)
source
http://rosodaras.wordpress.com
Sejarah menorehkan peristiwa di hari Selara sore, tanggal 30 Juli 1963, bertempat di Manila, ibukota Filipina. Ketika itu, berlangsung Konferensi Tingkat Tinggi Maphilindo (Malaya, Philipina, Indonesia). Presiden Filipina, Diosdado Macapagal menggagas Maphilindo sebagai realisasi amanat pendiri bangsa, Joze Rizal, untuk menyatukan kembali bangsa-bangsa Melayu yang telah terpecah belah akibat koloni.
Namun di sisi lain, forum itu oleh poros Jakarta – Manila dimaksudkan pula untuk tujuan politik, yaitu menghambat pembentukan negara boneka Malaya oleh Inggris Raya. Terlebih ketika itu, Maphilindo dipandang sangat penting, terkait isu penguasaan daerah oleh sebuah negara. Seperti Filipina yang sempat pengklaim Sabah sebagai bagian dari wilayah mereka.
Akan tetapi, ini bukan kupasan tentang Maphilindo. Ini tentang apresiasi bangsawan dunia terhadap pendiri Republik Indonesia. Presiden Pacapagal menyebutkan, kehadiran Presiden Sukarno dalam Konferensi Maphilindo dinilai sebagai memiliki makna sejarah yang besar. Hal itu mengingat, Bung Karno adalah salah satu orang besar di Asia, bahkan dunia.
Perjuangan Bung Karno dalam memimpin revolusi di Indonesia, perjuangan Bung Karno dalam menggalang persatuan Indonesia, perjuangan Bung Karno menyatukan semua potensi bangsa hingga menjadi sebuah kekuatan besar di Asia, tak lepas dari kebesaran seorang Sukarno. Mapacagal menambahkan dalam pidatonya di pembukaan Konferensi Maphilindo itu, bahwa untuk menggambarkan sosok Sukarno dalam sejarah Indonesia, maka tak ubahnya kita menyamakannya dengan Jose Rizal, Andres Bonifacio, Aguinaldo, Mabini, dan Ramon Magsaysay sekaligus!
Jose Rizal, nama lengkapnya José Protacio Rizal Mercado y Alonso Realonda, lahir 19 Juni 1861, meninggal 30 Desember 1896 pada usia 35 tahun. Ia adalah tokoh bangsa Filipina. Ia diberikan bermacam-macam gelar: “Kebanggaan Ras Melayu,” “Tokoh Besar Malaya,” “Tokoh Utama Filipino,” “Mesias Revolusi,” “Pahlawan Universal,” “Mesias Penebusan.” Hari kematian José Rizal merupakan hari libur di Filipina.
Sedangkan Andres Bonifacio (1863 – 1897) dikenal bangsa Filipina sebagai tokoh perjuangan fisik menentang penjajahan Spanyol. Gerakan bawah tanahnya berhasil menghimpun kekuatan massa hingga 10.000 orang. Berbekal kekuatan itu, Bonifacio melakukan perlawanan melawan penjajah (Spanyol). Penjajah akhirnya berhasil meringkusnya dan mengeksekusinya pada 10 Mei 1897.
Adapun Emilio Aguinaldo (1869 – 1964), adalah tokoh kemerdekaan bangsa Filipina. Dialah presiden pertama negara tersebut. Dia juga tercatat sebagai presiden termuda (28 tahun), dan seluruh hidupnya sejak usia belasan tahun, sudah didedikasikan untuk pergerakan melawan penjajah (Spanyol). Dalam memimpin pergerakan, ia sempat mengungsi ke Hong Kong, kemudian ketika terjadi perang Amerika – Spanyol, ia pulang dan bergabung dengan tengara Amerika untuk mengusir Spanyol dari negaranya.
Adapun tokoh Filipina lainnya, yang disebut sebagai salah satu bagian yang ada dalam diri Sukarno adalah Apolinario Mabini (1864 – 1903). Di negaranya, ia dikenal sebagai pemikir, seorang filosof politik yang unggul, serta seorang yang revolusioner. Melalui pemikiran lahirlah karya monumental Rancangan Konstitusi Republik Filipina. Bangsa Filipina menyebut Mabini sebagai “Otak Revolusi Filipina”.
Adapun Ramon del fierro Magsaysay (1907 – 1957), dikenal sebagai presiden ketujuh Filipina, memimpin sejak 30 Desember 1953 hingga kecelakaan pesawat udara merenggut nyawanya tahun 1957 dalam usia 49 tahun. Semasa kepemimpinannya, Magsaysay yang semula belajar teknik lalu pindah jalur ke ekonomi ini, Filipina menjadi sebuah negara yang maju. Pemerintahannya terkenal sangat bersih, terutama bersih dari korupsi. Di tangannyalah, Filipina mencapai puncak kejayaan di banyak bidang, mulai penumpasan gerakan separatis, kemajuan di bidang ekonomi, sosial, dan kebudayaan.
Apa esensi dari statemen Presiden Macapagal tersebut di atas? Adalah sebuah statemen yang mengokohkan nama Bung Karno di mata dunia imperialis-kapitalis seperti Amerika Serikat. Betapa, seorang presiden dari sebuah negara yang merdeka di bawah bayang-bayang Amerika Serikat, toh mengakui sosok Sukarno sebagai tokoh Asia bahkan dunia. (roso daras)
source
http://rosodaras.wordpress.com
0 komentar:
Posting Komentar