Berikut
nukilan pidato Bung Karno, sebagai kelanjutan dari posting judul yang
sama sebelumnya. Sekali lagi, nukilan ini cukup penting, setidaknya guna
menarik satu benang merah, tentang alur pikir, konsepsi, dan garis
perjuangan Bung Karno, khususnya setelah dia berhasil memerdekakan
bangsa Indonesia serta memimpin bangsa ini sebagai Presiden.
1951: Capailah Tata-Tentrem-Kerta-Raharja
“Adakanlah koordinasi, adakanlan simfoni yang seharmonis-harmonisnya antara kepentingan-sendiri dan kepentingan-umum, dan janganlah kepentingan-sendiri itu dimenangkan di atas kepentingan-umum!”.
1952: Harapan dan Kenyataan
“Kembali kepada jiwa proklamasi… kembali kepada sari-intinya yang sejati, yaitu pertama jiwa merdeka-nasional… kedua jiwa ikhlas… ketiga jiwa persatuan… keempat jiwa pembangun”.
1953: Jadilah Alat Sejarah!
“Bakat persatuan, bakat ‘gotong-royong’ yang memang telah bersulur-akar dalam jiwa Indonesia, ketambahan lagi daya-penyatu yang datang dari azas Pancasila”.
1954: Berirama dengan Kodrat
“Dengan ‘Bhinneka Tunggal Ika’ dan Pancasila, kita prinsipil dan dengan perbuatan, berjuang terus melawan kolonialisme dan imperialisme di mana saja”.
1955: Tetap Terbanglah Rajawali
“Panca Dharma”: Persatuan bangsa harus kita gembleng… tiap-tiap tenaga pemecah persatuan harus kita berantas… pembangunan di segala lapangan harus kita teruskan… perjuangan mengembalikan Irian Barat pada khususnya, perjuangan menyapu bersih tiap-tiap sisa imperialisme-kolonialisme pada ummnya, harus kita lanjutkan… pemilihan umum harus kita selenggarakan”.
Nafas konsistensi jelas terbaca di sana. Perang dan spirit memberantas imperialisme-kolonialisme di satu sisi, serta membangun dignity di sisi yang lain, berjalan paralel menuju bangsa yang besar. (roso daras/Bersambung)
source
http://rosodaras.wordpress.com
1951: Capailah Tata-Tentrem-Kerta-Raharja
“Adakanlah koordinasi, adakanlan simfoni yang seharmonis-harmonisnya antara kepentingan-sendiri dan kepentingan-umum, dan janganlah kepentingan-sendiri itu dimenangkan di atas kepentingan-umum!”.
1952: Harapan dan Kenyataan
“Kembali kepada jiwa proklamasi… kembali kepada sari-intinya yang sejati, yaitu pertama jiwa merdeka-nasional… kedua jiwa ikhlas… ketiga jiwa persatuan… keempat jiwa pembangun”.
1953: Jadilah Alat Sejarah!
“Bakat persatuan, bakat ‘gotong-royong’ yang memang telah bersulur-akar dalam jiwa Indonesia, ketambahan lagi daya-penyatu yang datang dari azas Pancasila”.
1954: Berirama dengan Kodrat
“Dengan ‘Bhinneka Tunggal Ika’ dan Pancasila, kita prinsipil dan dengan perbuatan, berjuang terus melawan kolonialisme dan imperialisme di mana saja”.
1955: Tetap Terbanglah Rajawali
“Panca Dharma”: Persatuan bangsa harus kita gembleng… tiap-tiap tenaga pemecah persatuan harus kita berantas… pembangunan di segala lapangan harus kita teruskan… perjuangan mengembalikan Irian Barat pada khususnya, perjuangan menyapu bersih tiap-tiap sisa imperialisme-kolonialisme pada ummnya, harus kita lanjutkan… pemilihan umum harus kita selenggarakan”.
Nafas konsistensi jelas terbaca di sana. Perang dan spirit memberantas imperialisme-kolonialisme di satu sisi, serta membangun dignity di sisi yang lain, berjalan paralel menuju bangsa yang besar. (roso daras/Bersambung)
source
http://rosodaras.wordpress.com
0 komentar:
Posting Komentar