Sebuah situs bersejarah berupa bangunan
batu bata yang tersusun rapi ke bawah dengan bagian atas membentuk huruf
L ditemukan di situs Terung, Sidoarjo, Jawa Timur. Tepatnya di desa
Terung Wetan RT-5/RW-2 Kecamatan Krian Sidoarjo.
Situs batu bata itu ditemukan Sahuri,
warga desa Terung, Kecamatan Krian, Sidoarjo. Pria ini tidak menyangka
jika di tanah pekarangannya yang ditumbuhi pohon bambu rimbun (barongan)
itu terkubur sebuah situs bersejarah.
Situs yang ditemukan menyerupai bangunan
batu bata yang tersusun rapih kebawah dengan bagian atas membentuk huruf
L dengan kedalaman 4 Meter dibawah permukaan tanah.
Agar bisa terlihat jelas bentuk
bangunannya, beberapa warga berusaha menguras air di kubangan tanah
tempat ditemukannya situs tersebut.
Melihat kontur dan bentuk Batu Bata yang
besar, diduga kuat situs tersebut diperkirakan peninggalan jaman
Mojopahit. Karena kebanyakan situs peninggalan jaman Mojopahit terbuat
dari batu bata sejenis.
Apalagi di sekitar penemuan situs itu
juga ditemukan beberapa situs bersejarah juga. Diantaranya, Dua sumur
tua dan Makam Putri Ayu yang konon merupakan puteri dari Raden Husein,
Adipati Terung, yang dalam sejarahnya merupakan wilayah kekuasaan
kerajaan Mojopahit.
Sahuri mengatakan, penemuan situs di
pekarangan rumahnya itu berawal setelah dirinya mendapat petunjuk
melalui mimpi yang dialaminya berkali-kali. “Awalnya saya mendapat
mimpi, tetapi kok berkali-kali. Setelah saya rundingkan dengan
teman-teman lalu saya gali bersama warga.”terang Sahuri.
Setelah melalui diskusi dan pemikiran
yang matang, Sahuri menggali tanah bersama beberapa sahabatnya. Termasuk
Jansen Jasien, seniman pemerhati sejarah Sidoarjo.
Seni lukis belum memuaskan dahaga budaya
perupa Jansen Jasien. Meski sudah eksis sebagai pelukis bertema heritage
hingga mancanegara, seniman berambut gondrong itu kini menekuni
arkeologi. Dia menggali benda-benda peninggalan Kerajaan Majapahit
dengan biaya pribadinya di Desa Terung, Kecamatan Krian ini.
Menurut Jansen Jasien, situs bersejarah
tersebut masih memiliki 15 susunan Batu Bata kebawah. Karenanya harus
dilakukan penggalian yang lebih mendalam untuk mengetahui bentuk
seutuhnya.
Jansen sendiri juga melakukan penelitian
terhadap keberadaan situs baru itu bersama situs-situs sejarah di
sekelilingnya sejak dua tahun lalu. “Sejak dua tahun lalu saya sudah
melakukan penelitian disini.”ucapnya, Sabtu (7/7/2012).
Konon, desa Terung Wetan merupakan bekas
kadipaten Terung yang menjadi daerah kekuasaan kerajaan Mojopahit.
Kadipaten Terung ini diperintah oleh Raden Husein, adik Raden Patah yang
menjadi raja di Demak.
Raden Husein sendiri terkenal dengan
sebutan Adipati Terung dan memiliki puteri yang dimakamkan di sebelah
utara situs yang baru ditemukan tersebut.
Kadipaten Terung diperkirakan musnah
setelah terkena aliran lahar dingin letusan gunung ratusan tahun silam.
Hal itu terlihat dari pasir yang menutupi dan berada di sekitar situs.
Kini warga setempat ingin meyerahkan
sepenuhya terhadap penanganan situs bersejarah tersebut kepada pihak
terkait. Mereka berharap, pemerintah mau menggali dan melestarikan situs
tersebut. Sehingga asal-usul desa Terung Wetan yang konon dulunya
bernama kadipaten Terung bisa dibuktikan dalam sejarah.
Lebih Dekat Dengan Desa Terung Sidoarjo dan Jansen
Aneka pecahan benda tak berbentuk
menumpuk dalam sebelas ember di depan galeri alam Jansen. Pecahan itu
dikelompokkan menjadi beberapa bagian. Ada yang mirip dengan pecahan
genting, pecahan beton, hingga pecahan pot.
Sebagian lain dibiarkan tak terbungkus di
sekitar sanggar karena memiliki ukuran yang tergolong besar. ”Itu hasil
pencarian saya di Desa Terung,” kata Jansen sembari membolak-balik
pecahan tersebut. Jenisnya bermacam-macam. Ada terakota, batu, hingga
keramik.
Kondisi semua benda itu tak utuh lagi.
Jansen yakin bahwa pecahan tersebut merupakan bagian dari benda-benda
peninggalan zaman Kerajaan Majapahit. Pada zaman dahulu, Desa Terung
bernama Kadipaten Terung, bagian Majapahit. Hanya, daerah tersebut
sangat jarang disebut-sebut dalam sejarah.
Sejarah
lebih banyak mengupas cerita di sekitar kerajaan sebagai pusat
kekuasaan. Sebenarnya, tegas Jansen, banyak hal menarik yang perlu
digali dari Desa Terung.
Sebab, sisa sejarah masih bisa dilihat dengan mudah. Jansen mencontohkan pecahan tembikar atau terakota.
”Mungkin bagi warga sekitar, itu biasa. Tapi, sebenarnya, benda-benda itu punya nilai lebih jika digali,” ucapnya.
Karena itu, sejak setahun ini ayah dua anak tersebut menjadi arkeolog. Dengan alat seadanya, dia menggali tanah warga setempat.
Menggunakan cangkul, hanya di kedalaman 1
meter Jansen bisa mendapat aneka benda yang diyakini sebagai sisa
peninggalan zaman Kerajaan Majapahit. Dalam menggali, dia dibantu tenaga
sukarela yang tidak memiliki keahlian khusus.
Pernah beberapa kali sebuah benda rusak
karena terkena cangkul maupun linggis. ”Kami memang bukan ahlinya,”
ungkap seniman yang karyanya dikoleksi tokoh-tokoh nasional, seperti
Megawati Soekarnoputri, tersebut, lalu tertawa.
Setelah penggalian, Jansen berpendapat
bahwa di Desa Terung pernah ada peradaban yang cukup maju. Termasuk,
kemajuan bidang kesenian yang menurut Jansen bisa terlihat jelas. Itu
dapat dibaca dari corak sejumlah benda peninggalan yang cukup detail dan
bervariasi.
Sebuah tembikar yang sudah pecah masih
menampakkan lekuk-lekuk berdaya seni tinggi. Itu bukti bahwa
keterampilan tangan seniman-seniman zaman dahulu sudah luar biasa.
Hanya, karena selama ini lokasi tersebut luput dari perhatian, tidak ada
yang menggalinya lebih dalam.
Masyarakat setempat mengartikan sebuah
batu sebagai benda biasa. Padahal, sebenarnya benda itu punya arti
lebih. ”Ada yang sudah jadi alas tiang. Kalau boleh saya minta, pasti
saya bawa,” tuturnya.
Jansen ingin terus menggali sisa
peninggalan di Desa Terung. Beragam serpihan dan pecahan benda tersebut
akan disusun lagi menjadi satu kesatuan dan diabstraksikan dalam bentuk
lu kisan. Kelak, ketika lukisan itu jadi dan dipamerkan, benda-benda
temuannya tersebut dipajang di depan karyanya yang lain.
”Itu tanda bahwa untuk yang saya lukis,
ada bukti nyatanya meski tidak utuh,” tuturnya.
(c11/roz/prd-sidoarjokab.go.id/arkeologi.web.id/jani)
0 komentar:
Posting Komentar