Pada dasarnya para ‘ulama sepakat bahwa hukum menggambar makhluk
bernyawa adalah haram. Banyak riwayat yang menuturkan tentang larangan
menggambar makhluk bernyawa, baik binatang maupun manusia. Sedangkan
hukum menggambar makhluk yang tidak bernyawa, misalnya tetumbuhan dan
pepohonan adalah mubah.
Berikut ini akan kami ketengahkan riwayat-riwayat yang melarang kaum muslim menggambar makhluk bernyawa.
Dari Ibnu, dia berkata, “Rasulullah Saw bersabda, ‘Barangsiapa
menggambar suatu gambar dari sesuatu yang bernyawa di dunia, maka dia
akan diminta untuk meniupkan ruh kepada gambarnya itu kelak di hari
akhir, sedangkan dia tidak kuasa untuk meniupklannya.’” [HR. Bukhari].
Rasulullah Saw bersabda, “Sesungguhnya diantara manusia yang
paling besar siksanya pada hari kiamat adalah orang-orang yang
menggambar gambar-gambar yang bernyawa.” (lihat Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah, bab Tashwiir).
Diriwayatkan oleh Imam Muslim, bahwa seorang laki-laki dateng kepada Ibnu ‘Abbas, lalu katanya, “Sesungguhnya aku menggambar gambar-gambar ini dan aku menyukainya.” Ibnu ‘Abbas segera berkata kepada orang itu, “Mendekatlah kepadaku”.
Lalu, orang itu segera mendekat kepadanya. Selanjutnya, Ibnu ‘Abbas
mengulang-ulang perkataannya itu, dan orang itu mendekat kepadanya.
Setelah dekat, Ibnu ‘Abbas meletakkan tangannya di atas kepala orang
tersebut dan berkata, “Aku beritahukan kepadamu apa yang pernah aku
dengar. Aku pernah mendengar Rasulullah Saw bersabda, ‘Setiap orang yang
menggambar akan dimasukkan ke neraka, dan dijadikan baginya untuk
setiap gambarnya itu nyawa, lalu gambar itu akan menyiksanya di dalam
neraka Jahanam.’” Ibnu ‘Abbas berkata lagi, “Bila engkau tetap hendak menggambar, maka gambarlah pohon dan apa yang tidak bernyawa.” [HR. Muslim].
Dari ‘Ali ra, ia berkata, “Rasulullah Saw sedang melawat jenazah, lalu beliau berkata, ‘Siapakah
diantara kamu yang mau pergi ke Madinah, maka janganlah ia membiarkan
satu berhala pun kecuali dia menghancurkannya, tidak satupun kuburan
kecuali dia ratakan dengan tanah, dan tidak satupun gambar kecuali dia
melumurinya?’ Seorang laki-laki berkata, ‘Saya, wahai Rasulullah.’ ‘Ali berkata, “Penduduk
Madinah merasa takut dan orang itu berangkat, kemudian kembali lagi.
Lelaki itu berkata, ‘Wahai Rasulullah, tidak aku biarkan satu berhala
pun kecuali aku hancurkan, tidak satupun kuburan kecuali aku ratakan,
dan tidak satu pun gambar kecuali aku lumuri’. Rasulullah bersabda, ‘Barangsiapa
kembali lagi membuat sesuatu dari yang demikian ini, maka berarti dia
telah kafir terhadap apa yang diturunkan kepada Muhammad Saw.’” [HR. Ahmad dengan isnad hasan].
Larangan menggambar gambar di sini mencakup semua gambar yang
bernyawa, baik gambar itu timbul maupun tidak, sempurna atau tidak, dan
distilir maupun tidak. Seluruh gambar yang mencitrakan makhluk bernyawa,
baik lengkap, setengah, kemungkinan bisa hidup atau tidak, distilir
(digayakan), maupun dalam bentuk karikatur adalah haram. Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani dalam kitab al-Syakhshiyyah al-Islamiyyah,
juz 2, menyatakan, bahwa gambar yang dimaksud di dalam riwayat-riwayat
di atas adalah semua gambar yang mencitrakan makhluk bernyawa, baik
lengkap, setengah, kemungkinan bisa hidup atau tidak, maupun distilir
atau tidak. Semuanya terkena larangan hadits-hadits di atas (Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani, al-Syakhshiyyah al-Islamiyyah, juz 2, bab Tashwiir).
Larangan yang terkandung di dalam nash-nash di atas juga tidak mengandung ‘illat.
Larangan menggambar makhluk bernyawa bukan karena alasan gambar itu
sempurna atau tidak. Larangan itu juga tidak berhubungan dengan apakah
gambar tersebut mungkin bisa hidup atau tidak, distilir maupun tidak.
Semua gambar makhluk hidup walaupun tidak lengkap hukumnya tetap haram.
Walhasil, gambar manusia dalam bentuk karikatur, komik, maupun batik
yang distilir adalah haram, tanpa ada keraguan sedikitpun. Semua gambar
makhluk bernyawa baik digambar secara gaya natural, surealik, kubik,
maupun gaya-gaya yang lain adalah haram. Demikian juga, gambar potongan
kepala, tangan manusia, sayap burung dan sebagainya adalah haram. Untuk
itu, menggambar komik Sailormoon, Dragon Ball, Ninja Boy, Kunfu Boy,
Samurai X, dan lain sebagainya adalah perbuatan haram.
Sedangkan proses mendapatkan gambar-gambar yang diperoleh dari proses
bukan “menggambar”, misalnya dengan cara sablon, cetak, maupun
fotografi, printing dan lain sebagainya, bukanlah aktivitas yang
diharamkan. Sebab, fakta “menggambar dengan tangan secara langsung”
dengan media tangan, kuas, mouse dan sebagainya (aktivitas yang haram),
berbeda dengan fakta mencetak maupun fotografi. Oleh karena itu,
mencetak maupun fotografi bukan tashwir, sehingga tidak berlaku hukum tashwir.
Atas dasar itu stiker bergambar manusia yang diperoleh dari proses
cetak maupun printing tidak terkena larangan hadits-hadits di atas.
Gambar Untuk Anak Kecil
Adapun menggambar makhluk bernyawa yang diperuntukkan untuk anak
kecil hukumnya adalah mubah. Kebolehannya diqiyaskan dengan kebolehan
membuat patung untuk boneka dan mainan anak-anak.
Diriwayatkan dari ‘Aisyah, dia berkata, “Aku bermain-main dengan
mainan yang berupa anak-anakan (boneka). Kadang-kadang Rasulullah Saw
mengunjungiku, sedangkan di sisiku terdapat anak-anak perempuan. Apabila
Rasulullah Saw dateng, mereka keluar dan bila beliau pergi mereka
datang lagi.” [HR. Bukhari dan Abu Dawud].
Dari ‘Aisyah dituturkan bahwa, Rasulullah Saw datang kepadanya
sepulang beliau dari perang Tabuk atau Khaibar, sedangkan di rak ‘Aisyah
terdapat tirai. Lalu bertiuplah angin yang menyingkap tirai itu,
sehingga terlihatlah mainan boneka anak-anakannya ‘Aisyah. Beliau
berkata, “Apa ini wahai ‘Aisyah?” ‘Aisyah menjawab, “Ini adalah anak-anakanku” Beliau melihat diantara anak-anakanku itu sebuah kuda-kudaan kayu yang mempunyai dua sayap. Beliau berkata, “Apakah ini yang aku lihat ada di tengah-tengahnya?” ‘Aisyah menjawab, “Kuda-kudaan.” Beliau bertanya, “Apa yang ada pada kuda-kuda ini?” ‘Airyah menjawab, “Dua sayap.” Beliau berkata, “Kuda mempunyai dua sayap?” ‘Aisyah berkata, “Tidakkah engkau mendengar bahwa Sulaiman mempunyai kuda yang bersayap banyak?” ‘Aisyah berkata, “Maka tertawalah Rasulullah Saw sampai kelihatan gigi-gigi taring beliau.” [HR. Abu Dawud dan Nasa’i].
Riwayat-riwayat ini menyatakan dengan jelas, bahwa boneka baik yang
terbuat dari kayu maupun benda-benda yang lain boleh diperuntukkan untuk
anak-anak. Dari sini kita bisa memahami bahwa membuat boneka manusia,
maupun binatang yang diperuntukkan bagi anak-anak bukanlah sesuatu yang
terlarang. Demikian juga membuat gambar yang diperuntukkan bagi
anak-anak juga bukan sesuatu yang diharamkan oleh syara’. Ibnu Hazm berkata, “Diperbolehkan
bagi anak-anak bermain-main dengan gambar dan tidak dihalalkan bagi
selain mereka. Gambar itu haram dan tidak dihalalkan bagi selain mereka
(anak-anak). Gambar itu diharamkan kecuali gambar untuk mainan anak-anak
ini dan gambar yang ada pada baju.” (lihat Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah). Wallahu A’lam bi al-Shawab.(www.konsultasi-islam.com)
[Tim Konsultan Ahli Hayatul Islam (TKAHI)]
0 komentar:
Posting Komentar