SETELAH matahari terbenam dan langit mulai gelap, sepanjang Jalan
Stasiun Kereta Api Jatinegara hingga seberang Rumah Tahanan (Rutan)
Cipinang, Jakarta Timur, tiba-tiba menjadi pemandangan yang ramai
dipadati para Pekerja Seks Komersial (PSK).
Pemandangan itu ternyata sudah menjadi sebuah kelaziman di daerah
tersebut. Bahkan, fenomena ini sudah menjadi penyakit masyarakat sejak
beberapa tahun silam. Para PSK yang berjejer atau mejeng di sepanjang
jalan tersebut memiliki rentang usia berbeda, mulai dari wanita paruh
baya, remaja, hingga waria. Sesaat, penampilan keseluruhan PSK itu
memang terlihat sangat menggiurkan hasrat birahi.
Pemantauan Berita Kota pada Senin (22/11) malam, para PSK wanita
berusia paruh baya yang bercampur dengan waria mulai melakukan
aktivitasnya di bawah kolong jembatan flyover atau sekitar 100 meter
dari Stasiun KA Jatinegara. Di lokasi ini, para PSK biasanya
mengerubungi konser dangdut keliling yang speaker-nya ditempatkan di
atas gerobak.
Biduan wanita juga melakukan aksinya dengan pakaian yang cukup minim.
Dengan hanya mengenakan celana pendek sepaha dan kaus ketat, biduan
tersebut memeragakan tarian erotis khas dangdut.
Sasaran si biduan dan PSK di tempat ini biasanya para tukang ojek
sepeda motor. Ketika si penyanyi beraksi, tukang ojek mengelilinginya
sambil berjoget. Saat itu pula para PSK mulai mendekati mangsanya.
“Kalau di sini mah PSK-nya kebanyakan sudah ibu-ibu di atas umur
30-an, Mas. Kalau di sana (sambil menunjuk arah Jalan Raya Bekasi Timur
depan Rutan Cipinang—Red), banyak yang ABG (anak baru gede—Red),” papar
Parmin (bukan nama sebenarnya), salah satu penjual minuman di lokasi
tersebut.
Namun, lanjutnya, lokasi tempat ABG banyak dikerumuni PSK waria. “Mau
cari yang mana, Mas? Jangan sampai kecele,” tutur Parmin sambil
terkekeh.
Kelompok waria
Pengakuan Parmin ternyata benar. Tak jauh dari lokasi dangdutan,
belasan waria berpakaian minim berjejer menjajakan kemolekan tubuh dan
dandanan menornya kepada para pria hidung belang, baik yang menepi
maupun pengguna jalan yang hanya melintas.
Tak sedikit pula pria hidung belang menggunakan kendaraan bermotor
menghampiri kelompok PSK waria yang beroperasi di pinggir jalan itu.
Untuk “bermain” dengan para waria, harga yang dibanderol tergolong
murah. Dengan tarif mulai dari Rp 50.000 hingga Rp 100.000 saja, para
pria hidung belang sudah bisa memuaskan birahinya kepada si waria.
Awalnya, PSK pria yang berdandan seperti wanita itu mematok harga Rp
100.000. Namun, jika ditawar setengah dari banderolnya, si waria
langsung menyetujui.
Jika transaksi berjalan mulus, biasanya si waria dan konsumennya
melakukan hubungan seksual di pinggir rel kereta api atau di dalam
semak-semak di belakang tembok pembatas Jalan Raya Bekasi Timur dan rel
kereta api.
0 komentar:
Posting Komentar