Dalam suatu taklim bersama Allahuyarham
Ustadz Rahmat Abdullah awal medio 1990-an di pinggiran Jakarta, dengan
suara perlahan namun intonasi yang tegas, beliau berkata, "Hindarilah
penggunaan istilah 'Timur Tengah' dalam tulisan dan keseharian. Pakailah
istilah 'Dunia Arab'. Kedua istilah ini mengandung ideologi yang amat
berbeda."
"Istilah Timur Tengah yang banyak
dipakai media massa negeri ini untuk menyebut Jazirah Arab," ujarnya,
"...sesungguhnya secara implisit memasukkan dan mengakui adanya
'Zionis-Israel' sebagai kaum yang memiliki hak hidup di Arab. Secara
ideologis kita turut mengamini adanya penjajahan mereka terhadap bangsa
Palestina. Padahal secara akidah Islam, hal ini tentu tidak bisa
dibenarkan. Sebab itu, kita seharusnya mengembalikan istilah asli
wilayah ini dengan sebutan 'Jazirah Arab' atau 'Dunia Arab'. Dengan
digunakannya istilah asli ini, maka keberadaan Zionis di Palestina
menjadi haram, ilegal. Ini adalah sikap ideologis yang benar yang harus
dimiliki setiap aktivis dakwah."
Di lain waktu dan tempat, dalam taklim
bersama Ustadz Abu Ridho, beliau juga menyinggung hal yang lebih kurang
sama. Beliau antara lian berkata jika di dalam keseharian, kita
seharusnya menggunakan istilah 'Zionis-Israel'. Baik dalam tulisan
maupun perkataan. Ini untuk mempertegas sikap pembelaan kita terhadap
bangsa Palestina dan membuka mata dunia jika Israel yang sekarang ini
adalah Israel yang sangat rasis dan harus dilawan.
Pemaparan Ustadz Rahmat Abdullah dan
Ustadz Abu Ridho yang jelas dan tegas seperti di atas terngiang kembali
manakala suara organisasi massa Islam, dan juga partai politik yang
memanfaatkan label Islam, terpecah menyikapi rencana perayaan HUT Zionis
Israel ke-63 di Jakarta, 14 Mei 2011.
Front Pembela Islam (FPI) secara tegas
mengecam dan menolak rencana ini. Bahkan FPI telah bertekad untuk
melakukan aksi sweeping rencana yang bertentangan dengan pembukaan UUD
1945 ini.
Hal serupa dikemukakan mantan Ketua Umum
Pengurus Besar Nahdatul Ulama (PBNU), KH. Hasyim Muzadi yang mengatakan
sebaiknya kelompok Yahudi Indonesia membatalkan rencana itu. "Lebih
baik tidak ada, daripada membuat kontroversi. Bukannya saya keras itu
tidak boleh, tapi kontroversi itu (akan) membuat repot pemerintah," ujar
Hasyim Muzadi di Jakarta (11/5). Namun jika mereka ngotot, Hasyim
mengatakan dia tidak bisa mencegah dan pihak penyelenggara harus
menerima resikonya sendiri. "...kan dia sudah tahu itu kontroversi,
makanya ada risikonya membuat itu."
Berbeda dengan FPI dan KH. Hasyim
Muzadi, Gerakan Pemuda Islam (GPI), seperti yang dikatakan Sekretaris
Jenderal GPI Tubagus Muhammad Solehudin, malah menyatakan rencana
peringatan HUT Zionis Israel di Jakarta itu tidak perlu dipermasalahkan.
"Kalau diperbolehkan oleh pemerintah silakan, asalkan tidak mengganggu
ketertiban umum, tidak masalah," ujar Tubagus Muhammad Solehudin, di
Markas GPI Menteng, Jakarta Pusat (11/5).
Menurut Soleh, keberadaan orang Yahudi
di Indonesia terus berkembang, dan tidak bisa dirahasiakan lagi.
"Sebagian masyarakat di Jakarta sudah mengetahui orang Yahudi yang
berkerja di Jabotabek," tuturnya seraya berpesan agar para penganut
Yahudi di Indonesia mendesak Israel menghentikan aksi kekerasannya di
Palestina. Sebuah himbauan yang utopis, jika tidak dikatakan sebagai
ahistoris.
Senada dengan Solehudian, Nasir Jamil
juga tidak mempermasalahkan rencana itu. "Kalau mereka merayakannya di
tempat tertutup dan hanya untuk komunitas mereka sendiri, saya pikir
masih bisa ditolerir," ujar politisi dari PKS yang pernah mengutip Injil
Matius untuk memperkuat argumennya ini.
Tiga Hal Penting
Dalam berbagai wawancaranya, Unggun
Dahana yang menjadi inisiator acara perayaan HUT Israel di Jakarta
mengklaim jika perayaan "kemerdekaan Israel" merupakan gerakan umat
Kristiani untuk mendukung Israel dan Yahudi secara terbuka. "Di samping
itu, kami juga sangat mendukung dibukanya jalur perdagangan antara
Indonesia dan Israel," ujarnya.
Unggun juga membenarkan jika acara ini
merupakan langkah awal dari gerakan umat Kristen Indonesia untuk
mendukung Israel dan Yahudi secara terbuka. "Selama ini umat Kristen
takut-takut. Dengan cara ini saya menghimbau untuk mendukung Yahudi dan
Israel secara terbuka. Mendukung perdagangan Israel dan Indonesia," ujar
Unggun seperti dilansir Inilah.com.
Selain itu, acara kontroversial ini juga
akan dihadiri oleh utusan dari Komunitas Yahudi di Singapura dan
diliput oleh jurnalis Israel yang akan datang langsung ke Jakarta.
Ada beberapa hal yang bisa dikritisi dari pernyataan Unggun Dahana, di antaranya:
Ada beberapa hal yang bisa dikritisi dari pernyataan Unggun Dahana, di antaranya:
Pertama, pernyataan tentang istilah "Kemerdekaan Israel",
Kedua, klaim dia tentang gerakan umat Kristiani mendukung Israel dan Yahudi secara terbuka,
Ketiga, adanya Singapore-Jews Connection dan juga hadirnya jurnalis Israel yang akan meliput perayaan ini.
Kedua, klaim dia tentang gerakan umat Kristiani mendukung Israel dan Yahudi secara terbuka,
Ketiga, adanya Singapore-Jews Connection dan juga hadirnya jurnalis Israel yang akan meliput perayaan ini.
Ketiga hal di atas akan dipaparkan
satu-persatu dalam tulisan ini agar kita semua dapat memahami dengan
benar, mendudukkan sesuatu sesuai dengan kapasitasnya, dan tidak salah
dalam menilai kasus ini.
Istilah "Kemerdekaan Israel"
Unggun Dahana dan para kolaborator
Zionis-Israel lainnya, termasuk Abdurrahman Wahid, sering menggunakan
istilah "Kemerdekaan Israel". Yang jadi pertanyaan, "Kapan Israel pernah
dijajah?" Di sini, siapa yang menjajah dan siapa yang dijajah harus
didudukan secara jelas dan benar.
Mari kita telusuri apa dan bagaimana sesungguhnya "Negara Israel" terbentuk.
Apa yang dinamakan sebagai "Negara
Israel" memiliki akar sejarah yang sangat panjang. Namun satu hal yang
harus ditekankan, jika Tanah Palestina yang sekarang diklaim secara
sepihak menjadi wilayah Israel, dulunya disebut sebagai Tanah Kana'an
dan bangsa asli yang mendiami wilayah itu dinamakan sebagai bangsa
Filistin atau Palestina. Dari sebutan ini saja sudah bisa dibuktikan
jika pemilik sah dari tanah ini adalah bangsa Palestina, bukan Israel.
Namun kaum Zionis sering mengemukakan dalilnya sendiri, terkait hal ini.
Unggun "Samuel" Dahana dan para
kolaborator Zionis-Israel lainnya, termasuk Abdurrahman Wahid, sering
menggunakan istilah "Kemerdekaan Israel". Yang jadi pertanyaan, "Kapan
Israel pernah dijajah?" Di sini, siapa yang menjajah dan siapa yang
dijajah harus didudukan secara jelas dan benar.
Mari kita telusuri apa dan bagaimana sesungguhnya "Negara Israel" terbentuk.
Berlindung Dibalik Klaim Agama
Dasar pendirian negara Israel berawal
dari kata-kata Nabi Musa dalam 'kitab Perjanjian Lama', bahwa Tuhan
"menganugerahkan" tanah Israel untuk orang-orang Yahudi dan tanah
tersebut akan menjadi milik mereka untuk selama-lamanya.
Lalu ada pula cerita mengenai persebaran
kaum Yahudi (Diaspora), yang konon katanya terjadi setelah kaum Yahudi
memberontak terhadap pasukan Romawi pada abad pertama dan kedua. Oleh
karena itu, kaum Yahudi kemudian "diasingkan" dari tanah Israel dan
kemudian menyebar di wilayah Eropa, terlunta-lunta, dan nasibnya semakin
mengenaskan karena dibantai Nazi Jerman dalam Perang Dunia II.
Setelah berabad-abad berdoa agar dapat
kembali ke Palestina, kaum Yahudi akhirnya bisa kembali ke Tanah
Palestina setelah mengalahkan pasukan Arab di sana dan mendirikan Israel
pada tahun 1948. Semua kisah ini bersumber dari literatur Yahudi dan
dijadikan dalil utama berdirinya negara Israel sebagai negara Yahudi di
Tanah Palestina.
Namun jarang sekali orang yang
mempertanyakan, apakah kaum Zionis-Yahudi itu benar-benar berasal dari
bangsa Yahudi yang dipimpin Musa a.s. keluar dari Mesir dan pernah
menguasai Tanah Palestina dalam suatu masa sebagaimana dikisahkan dari
Kitab Raja-Raja? Lantas, siapakah "Yahudi Khazar" itu yang menjadi
pionir, tulang punggung, atau motor penggerak dari gerakan Zionisme
Internasional yang mengklaim jika Tanah Palestina merupakan Tanah Yang
Dijanjikan bagi kaum Yahudi?
Khazar, Yahudi Jadi-Jadian
Untuk mengetahui lebih jauh tentang
"Yahudi Khazar", salah satunya kita harus melihat sebuah buku karya
seorang Khazar dari Inggris bernama Arthur Koestler yang berjudul "The
thirteenth tribe - The Khazar Empire And Its Heritage" (Suku Bangsa
Ketiga Belas – Imperium Khazar dan Warisannya), yang diterbitkan oleh
Random House, New York. Konon, sekarang buku ini sudah sangat sulit
ditemukan.
Koestler menulis jika nenek moyang
bangsa Khazar sendiri berasal dari campuran bangsa Mongol, Turki, dan
Finlandia. Di abad ke-3 Masehi, mereka telah berjaya di wilayah Persia
dan Armenia. Lalu pada abad ke-5 Masehi, mereka berada di antara
gerombolan perusak Attila dari Hun. Setengah abad sebelum Islam muncul
di Jazirah Arab, bangsa Khazar yang hidupnya memang selalu berpindah
mulai menetap di Utara Kaukasus, antara Laut Hitam dan Laut Kaspia,
dengan ibukota di hulu Sungai Volga yang mengalir ke Laut Kaspia, dalam
rangka mengkontrol lalu lintas sungai. Mereka memungut pajak 10% dari
tiap kapal yang melintas dan akan membantai siapa pun yang menolaknya.
Kerajaan Khazar yang sangat brutal
menjadi besar di wilayah ini dan terus memperluas wilayah kekuasaannya,
dengan melakukan ekspansi dan menaklukkan suku Slavia yang cinta damai.
Imperium Khazar juga menaklukkan Kiev.
Pada tahun 740 Masehi, kekuatan Khazar
sudah sedikit melemah. Wilayah kekuasaannya dihimpit oleh dua kekuatan
besar yakni Byzantium dan Muslim. Agar tetap aman, Khazar dihadapkan
pada dua pilihan, menjadi Muslim atau Kristen. Namun Kaisar bangsa
Khazar, Khakan, telah mengetahui jika ada agama yang ketiga selain
Kristen dan Islam, yakni Yahudi. Ketimbang memilih kedua agama itu,
Khakan lebih memilih Judaisme dan menyatakan mereka sebagai Yahudi.
Dalam satu malam, bangsa Khazar yang
brutal dan sangat gemar berperang berubah menjadi bangsa Yahudi.
Kerajaan Khazar mulai dideskripsikan sebagai 'Kerajaan Yahudi' oleh
sejarawan pada waktu itu. Penerus penguasa Khazar mengambil nama Yahudi,
dan selama akhir abad ke-9 kerajaan Khazar menjadi tempat berlindung
yang ramah bagi kaum Yahudi yang ada di berbagai wilayah Eropa. Walau
demikian, kebrutalan sebagai watak asli bangsa Khazar tidak pernah
hilang.
Pada abad ke-8 Masehi, muncul kekuatan
baru yang berasal dari sungai besar Dnieper, Don, dan Volga, yang
dikenal sebagai bangsa Viking, yang juga disebut sebagai kaum Varancians
atau juga disebut sebagai bangsa Rus. Bangsa ini merupakan bangsa
pengelana dan pejuang yang gigih, namun nasib baik mungkin belum
berpihak kepada bangsa yang baru muncul ini karena selalu saja kalah
perang melawan Khazar.
Di tahun 862, seorang pemimpin bangsa
Rus bernama Rurik membangun kota Novgorod. Dari sinilah lahir bangsa
Rusia yang kemudian berdiam di antara suku bangsa Slavonic yang berada
di bawah kekuasaan Khazar. Perjuangan bangsa Viking kemudian berubah
menjadi perjuangan rakyat untuk merdeka dari penjajahan bangsa Khazar.
Satu abad kemudian setelah berdirinya
kota Novgorod, seorang pemimpin bangsa Rusia bernama Prince Vladimir
of Kiev menyatakan diri memeluk agama Kristen. Ini terjadi pada tahun
989. Orang ini sangat aktif di dalam misi Salib dan sekarang oleh
sejarah Rusia dia dikenal dengan nama 'Saint Vladimir'. Ini menandai
kekristenan Rusia sudah dimulai sejak seribu tahunan silam.
Kepindahan agama Vladimir ternyata juga
menghantarkan Rusia bersekutu dengan Kekaisaran Byzantium. Karena
memiliki kepentingan yang sama untuk menaklukkan Khazar, maka mereka
bersekutu. Pada tahun 1016, kekuatan gabungan bangsa Rusia dan Byzantium
menyerang kerajaan Khazar dengan pasukan yang besar dan lengkap.
Akibatnya Kekaisaran Khazar hancur-lebur. Kejayaan bangsa yang brutal
dan gemar berperang ini akhirnya pudar. Kerajaan Khazar hilang dari
catatan sejarah. Mereka banyak yang melarikan diri ke wilayah yang aman
di Eropa. Kebanyakan akhirnya menetap dan berasimilasi dengan warga
Eropa Timur, dimana mereka banyak yang menikah dengan bangsa Yahudi lain
di sana.
Bergabungnya bangsa Khazar ke dalam
komunitas Yahudi telah menambah watak kaum tersebut menjadi lebih
brutal. Kaum Yahudi sejak lama memang telah dikenal sebagai kaum yang
tidak bisa dipercaya karena berbagai pengkhianatan yang dilakukan,
culas, selalu ingin menang sendiri, dan hanya mau mendengarkan suara
kaumnya. Khazar mengubah Yahudi yang memang jahat menjadi bertambah
jahat lagi.
Kita tentu tidak lupa bagaimana
orang-orang Yahudi ini mengkhianati Musa a.s. yang telah menyelamatkan
mereka dari kejaran tentara Firaun, namun mereka bukannya berterima
kasih kepada Musa, melainkan membuang ajaran Taurat Musa dan
menggantinya dengan menyembah Sapi Betina yang didasarkan pada kitab
hitam Talmud. Kita tentu tidak lupa bagaimana orang-orang Yahudi ini
membunuh banyak nabi, bahkan nabi dari kalangan mereka sendiri.
Dalam hal konsep Zionisme, Yahudi asli
memang telah lama memilikinya. Hanya saja, para Rabbi Yahudi meyakini
jika Zionisme atau Gerakan Kembali ke Bukit Zion hanya akan terjadi
ketika Raja Yahudi sudah kembali datang ke tengah mereka dan memimpin
kaum Yahudi untuk bisa ke sana. Konsep Zionis asli adalah konsep
mesianik, bersifat pasif. Namun oleh Khazar hal ini diubah seratus
delapan puluh derajat. Menurut Yahudi Khazar, gerakan kembali ke Bukit
Zionis di Palestina jangan menunggu sampai datangnya Mesiah, namun
orang-orang Yahudi harus merebutnya sendiri dengan cara apa pun, jika
perlu dengan angkat senjata.
Inilah konsep Zionisme yang ada dewasa
ini. Bangsa Khazar memang mempunyai dendam kesumat terhadap orang
Kristen karena mereka menganggap runtuhnya Imperium Khazar disebabkan
serbuan Byzantium dan Kristen Rusia. Berabad kemudian dendam yang sama
yang dipelihara oleh Ksatria Templar terhadap Gereja.
Dengan kecerdikan luar biasa,
bermodalkan emas, orang-orang Khazar menyusup ke berbagai lini kekuasaan
Eropa. Mereka inilah yang menjadi motor bagi gerakan konspirasi Yahudi.
Mereka berada di belakang Talmud, berada di belakang dikorbarkannya
Perang Salib, di belakang berbagai revolusi, di belakang berbagai
penguasaan bank sentral, dan sebagainya.
Kaum Yahudi Khazar menyelenggarakan
Konferensi Zionis Internasional I di Basel, Swiss, tahun 1897. Acara itu
menobatkan Theodore Hertzl sebagai Ketua Gerakan Zionis Dunia. Agenda
yang disahkan adalah apa yang telah ditulis Rothschild pada tahun 1773,
dan menciptakan Tanah Yerusalem sebagai Negara Israel Raya. Padahal,
saat itu Tanah Yerusalem hanyalah bagian kecil dari wilayah yang disebut
sebagai Bumi Filistin atau Palestina, yang berada di bawah kekhalifahan
Turki Utsmaniyah.
Hertzl tahu itu. Dia mencoba menyuap
Sultan Hamid, Khalifah Turki Utsmani, agar mau menyerahkan Tanah
Palestina kepada kaum Zionis. Namun Sultan Hamid dengan gagah
menolaknya. "Selama nafasku masih ada, tidak akan penah kuberikan
sejengkal pun tanah suci itu kepada kalian wahai Yahudi," tegasnya.
Sejarah telah mencatat, gagal dengan cara halus, akhirnya Zionis Yahudi
main kasar. Lewat berbagai konspirasi, Turki Utsmani pun hancur pada
Maret 1924.
Pada tahun 1940-an mereka menciptakan
monster bernama Adolf Hitler dengan gerakan Nazi-nya yang memiliki
ideologi yang sebangun dengan ideologi Zionisme. Monster Hitler dengan
Nazi-nya ini bertugas mengusir banyak-banyak kaum Yahudi dari Eropa,
agar mereka mau pindah ke Tanah Palestina. Perang Dunia I dan II
sesungguhnya hanyalah upaya dekonstruksi peta demografi, terutama di
Eropa dan Palestina. Dan sejarah juga telah mencatat bagaimana akhirnya
kaum Zionis Yahudi ini berhasil mencaplok Tanah Palestina, dengan
bantuan Inggris dan kawan-kawan. Bangsa Palestina yang merupakan pemilik
yang sah Tanah Palestina diusir dan diteror. Penjajahan yang dilakukan
Zionis Yahudi atau Zionis Israel ini terus berlangsung sampai sekarang.
Apa yang dinyatakan dengan istilah
"Kemerdekaan Israel" seperti yang diucapkan Unggun "Samuel" Dahana,
Muhammad Nur "Benjamin" Ketang, dan para kolaborator Zionis lainnya,
sesungguhnya adalah hari terusirnya Bangsa Palestina dari tanah hak
miliknya sendiri, hari dimana Bangsa Palestina dibantai, hari di mana
perempuan-perempuan Palestina diperkosa, hari dimana bayi-bayi Palestina
dibunuh dan dibuang begitu saja ke dalam api yang berkobar-kobar.
Kebiadaban inilah yang mereka rayakan dengan suka cita.
Kristen dan Zionisme
Pernyataan kedua yang dikatakan para
kolaborator Zionisme tersebut adalah klaim jika umat Kristiani mendukung
Zionisme Israel secara terbuka. Benarkah itu?
Adalah menjadi satu pertanyaan besar
saat ini, mengapa aras utama umat Kristiani Dunia di dalam aspirasi
politiknya sekarang cenderung satu suara, satu tujuan, satu sikap,
dengan kaum Zionis-Israel seperti yang diperlihatkan dengan begitu baik
dalam acara solidaritas Israel-Amerika bertajuk Stand With Israel yang
digagas tokoh Gedung Putih Zionis-Yahudi bernama Paul Wolfowitz pada
tahun 2002 lalu? Atau mengapa ketika Gereja Nativity di Betlehem,
Palestina, sebuah gereja tersuci dalam agama Kristen karena diyakini
sebagai tempat kelahiran Yesus, dikepung dan ditembaki tentara
Zionis-Israel, umat Kristen dunia diam dan tidak menunjukkan reaksi apa
pun?
Kedekatan Dunia Kristen dengan kaum
Zionis kini berasal dari sebuah infiltrasi dan rekayasa ideologis yang
telah dilakukan lama sekali oleh kaum Yahudi. Sejarah mencatat, betapa
dulu, kedua pihak ini—Yahudi dan Kristen—memiliki sejarah konflik yang
sangat keras dan berdarah-darah. Bahkan Yesus pernah dikejar-kejar
penguasa Romawi untuk dibunuh gara-gara pengkhianatan seorang Yahudi.
Beberapa peristiwa di masa silam seperti Dewan Inkuisisi di Spanyol dan
Portugis, juga memperlihatkan betapa kerasnya Gereja memusuhi kaum
Yahudi. Namun dalam sejarah kita juga menemukan beberapa peristiwa yang
aneh yang membuat kita berpikir bahwa sebenarnya Gereja itu amat dekat
dengan kaum Zionis. Mengapa itu bisa terjadi?
Kedekatan Zionis Yahudi dengan
Kekristenan sekarang sesungguhnya hasil dari suatu penyusupan yang
dilakukan kaum Yahudi ke dalam Gereja. Mereka menguasai Gereja dengan
menjadi pendeta dan menghancurkan nilai-nilai asasi Gereja dari dalam.
Salah satu yang dicatat sejarah adalah
apa yang diperbuat Pemimpin Tertinggi Kaum Yahudi di Istambul. Dalam
surat balasannya, 24 Juli 1489, kepada Rabbi Shamur dan komunitas Yahudi
di Perancis yang sedang ditindas oleh Raja dan Gereja, dia menyatakan
agar orang-orang Yahudi segera memeluk Kristen sebagai kamuflase dan
menghancurkan agama itu dari dalam. Mereka memenuhi Gereja agar bisa
menjadi pemimpin-pemimpinnya dan kemudian menghancurkan nilai-nilai
asasi dari Gereja dan menggantinya dengan nilai-nilai serta keyakinan
Kabbalis mereka sendiri. Tentu saja, semua ini dilakukan dengan penuh
kerahasiaan.
Salah satu hal yang paling mendasar
untuk menaklukkan dan menunggangi Gereja dan umatnya adalah dengan
merusak kitab suci umat Kristen itu sendiri. Untuk tugas ini, kaum
Yahudi menyusupkan agennya bernama Paulus merapat ke Yesus sehingga
dikenal sebagai Santo (orang suci) Paulus. Siapa sebenarnya Paulus?
Agar tidak mendapat kesangsian dari umat
Kristen, maka untuk mengetahui siapa Paulus sesungguhnya hendaknya juga
diambil dari sumber mereka sendiri yakni kitab suci Injil. Hindun
al-Mubarak dengan cermat telah melakukan penelitian dan pengkajian
terhadap Kitab Injil dan membuat Biodata Paulus yang cukup lengkap.
Inilah kutipannya tentang Biodata Paulus:
Tempat lahir : Tarsus, Kilikia (Kis.22: 3)
Pekerjaan : Tuna Karya (Rm.15: 23)
Jabatan : Mengaku Rasul buat bangsa bukan Yahudi (Rm. 11: 13; Ef. 3: 8; I Tim. 2: 7; Gal. 2: 7), Allah Bapa bagi umat Kristen (I Kor. 4: 15), Pendiri agama Kristen (Kis. 11: 26; I Kor. 9: 1-2).
Disunat : pada hari kedelapan (Flp. 3: 5)
Asal : Yahudi dari Tarsus (Kis. 21: 39; Kls. 22: 3)
Keturunan : Orang Israel (Rm. 11: 1), Ibrani asli (Flp. 3: 5)
Suku bangsa : Benjamin (Flp. 3: 5; Rm. 11: 1)
Kewarganegaraan : Romawi (Kis. 22: 25-29).
Dididik oleh : Gamalael (Kis. 22: 3)
Agama : Yahudi tidak bercacat (Flp. 3: 6; Kis. 24: 14)
Status : Tidak beristeri (I Kor. 7: 8)
Pendirian : Orang Farisi (Flp. 3: 5)
Kegiatan : Penganiaya pengikut Jalan Tuhan sampai mati, ganas tanpa batas dan penghujat (Flp. 3: 6; Kls. 8: 1-3; 22: 4-5; 26: 10-11; Gal. 1: 13; I Tim. 1: 13; I Kor. 15: 8-9; Kis. 9: 1-2).
Ciri khusus : Bersifat bunglon (I Kor. 9: 20-22; Kis. 23: 6), Punya kelainan (Rm. 7:15-26), Munafik (Kis. 21: 20-26; Flp. 3; 8-9; Gal. 5: 18; Rm. 6: 14; 7: 6; I Kor. 15: 55-56), Memberitakan kebenaran Allah dengan dusta (Rm. 3: 5-7), bergembira memberitakan Yesus walau dengan kabar palsu (Fil. 1: 18).
Mengalami : Berbicara dengan Tuhan (I Kor.12: 8-9), kemaluan (Paulus) ditinju dan ditendang oleh Yesus (Kis. 9: 5).
Akhir hayat : Mulutnya ditampar atas perintah Imam Besar (Kis. 23: 2), dijatuhi hukuman pancung oleh penguasa Romawi (Martyrs Mirror).
Itulah Paulus yang mendapat tempat istimewa di dalam kekristenan sekarang ini.
Belum cukup dengan Paulus, karena
rupanya tidak semua orang Kristen mentaati Paulus ketimbang Yesus, maka
Yahudi Talmudian memusnahkan semua Injil yang tidak mendukung
kepentingannya. Alatnya adalah Konsili Nicea 325 M yang menghancurkan
ratusan Injil yang tidak mengakui konsep ketuhanan Paulus dan hanya
mengakui empat Injil yang semuanya mendukung Trinitas.
Dr. Muhammad Ataur Rahim yang meneliti
sejarah kekristenan dan Yesus selama 30 tahun menyatakan bahwa pada abad
pertama sepeninggal Yesus, murid-murid Yesus masih tetap mempertahankan
ketauhidan secara murni. "Hal ini dapat dibuktikan dalam naskah The
Shepherd (Gembala) karya Hermas, yang ditulis sekitar tahun 90 Masehi.
Menurut Gereja, naskah itu termasuk kitab kanonik (yang dianggap suci).
Di antara isi dari naskah tersebut berbunyi, 'Pertama, percayalah bahwa
Allah itu Esa. Dialah yang menciptakan dan mengatur segalanya. Dia
menciptakan sesuatu dari tidak ada menjadi ada. Dia meliputi segala
sesuatu, tetapi dia tidak diliputi oleh apa pun...'" Bahkan menurut
Theodore Zahn, sebagaimana dikutip EJ. Goodspeed di dalam Apostolic
Fathers, sampai dengan sekitar tahun 250 Masehi, kalimat keimanan umat
Kristen masih berbunyi, "Saya percaya kepada Allah yang Maha Kuasa."
Namun walau demikian, antara tahun 180
sampai dengan 210 Masehi, memang telah ada upaya-upaya untuk menambahkan
kata "Bapa" di depan kata "Yang Maha Kuasa". Uskup Victor dari
Zephysius mengutuk penambahan kata tersebut dan menganggapnya sebagai
pencemaran kemurnian kitab suci.
Salah satu tokoh penentang Gereja Paulus
adalah Uskup Diodorus dari Tarsus. Lucian, seorang pakar Injil merevisi
kitab 'Septuaginta', sebuah Injil berbahasa Yunani, dan memisahkan
segala hal yang diyakininya tidak benar. Setelah bekerja keras, akhirnya
Lucian menghasilkan empat buah Injil yang menurutnya adalah Injil yang
benar-benar bersih dan bisa dipercaya. Namun dalam Konsili Nicea 325
Masehi, keempat Injilnya itu termasuk ke dalam kelompok Injil yang
dimusnahkan.
Walau demikian, Lucian tidak melupakan
kaderisasi. Salah satu muridnya bernama Arius, yang akan menjadi tokoh
terkemuka dalam mempertahankan kemurnian ajaran Yesus Kristus dari
serangan Gereja Paulus. Arius meyakini, umat Kristen seharusnya
mengikuti ajaran sebagaimana yang diajarkan Yesus, bukan Paulus. Yesus
diutus Tuhan untuk melengkapi dan meluruskan kembali Taurat Musa, hanya
itu. Guru Arius, Lucian, dieksekusi mati oleh Gereja Paulus pada tahun
312 Masehi.
Tigabelas tahun kemudian, Konsili Nicea
digelar. Kaisar Konstantin akhirnya mengeluarkan empat buah keputusan
resmi. Keputusan itu adalah :
-
Pertama, menetapkan hari kelahiran Dewa Matahari dalam ajaran pagan, tanggal 25 Desember, sebagai hari kelahiran Yesus.
-
Kedua, hari Matahari Roma menjadi hari Sabbath bagi umat Kristen, dengan nama Sun-Day, Hari Matahari (Sunday).
-
Ketiga, mengadopsi lambang silang cahaya yang berbentuk salib menjadi lambang kekristenan, dan
-
Keempat, mengambil semua ritual ajaran paganisme Roma ke dalam ritual atau upacara-upacara kekristenan.
Selepas Konsili Nicea, antara Athanasius
(Kubu Trinitas) masih saja berhadapan dengan Arius (Kubu Unitarian).
Namun dengan adanya kompromi politik dan juga ancaman dari Konstantin,
maka Arius dan pengikutnya pun dikalahkan. Ketika itu ratusan Injil yang
tidak sesuai dengan konsep Trinitas dimusnahkan. Bahkan Gereja
mengancam, siapa pun yang masih menyimpan Injil yang dilarang maka
mereka akan dikenai hukuman mati. Suatu ancaman yang tidak main-main.
Konsili Nicea menjadi 'kemenangan besar' bagi Gereja Paulus.
Sesungguhnya, Athanasius sendiri
sebenarnya juga meragukan konsep Trinitas. Ia pernah menyatakan, "Tiap
berusaha memaksakan diri untuk memahami dan merenungkan konsep ketuhanan
Yesus, saya merasa keberatan dan sia-sia. Hingga makin banyak menulis
untuk mengungkapkan hal itu, ternyata hal ini tidak mampu dilakukan.
Saya sampai pada kata akhir, Tuhan itu bukanlah tiga oknum melainkan
satu. Kepercayaan kepada doktrin Trinitas itu sebenarnya bukan suatu
keyakinan, tetapi hanya disebabkan oleh kepentingan politik dan
penyesuaian keadaan di waktu itu."
Tahun 335 Masehi diadakan lagi Konsili
di Tyre (sekarang masuk Lebanon). Di sini terjadi anti-klimaks.
Athanasius dikutuk, dan kemudian disingkirkan ke Gaul. Arius bahkan
diangkat menjadi Uskup Konstantinopel. Ini kemenangan bagi kaum
Unitarian. Dua tahun setelah Konsili Tyre, Konstantin meninggal.
Sepeninggal Konstantin, dua konsili lagi diselenggarakan: Konsili
Antiokia tahun 351 Masehi dan Konsili Sirmium tahun 359 Masehi. Kedua
konsili ini menetapkan bahwa keesaan Tuhan merupakan dasar kekristenan
dan tidak mengakui konsep Trinitas.
Namun di luar, Gereja Paulus sudah
berkembang dengan cepat di Eropa sehingga rakyatnya tidak menghiraukan
hasil dua konsili ini.Tahun 387, Santo Jerome (dalam bahasa latin
disebut sebagai Eusebius Hieronymus) menyelesaikan penulisan ulang Bibel
Vulgate, Injil berbahasa latin pertama dan terlengkap, yang mencakup
Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Bibel Vulgate inilah yang kemudian
dijadikan dasar bagi penulisan-penulisan Injil lainnya di Barat dan juga
Dunia hingga hari ini. Vatikan pun aktif menghancurkan kembali semua
Injil yang bukan berasal dari Jerome.
Secara diam-diam, kaum Yahudi Talmudian
dan tentu saja Yahudi Khazar mengawal pertumbuhan Gereja, sehingga hanya
Gereja Paulus saja yang berkembang. Namun mereka ini juga bermain di
sisi yang berlainan. Saat Martin Luther dan gerakan protesnya mencuat,
ordo ini menungganginya, juga dengan Calvinisme.
Lahirnya Judeo Christianity
Patut dicatat, kedua gerakan reformasi
gereja ini sebenarnya tidak menyentuh akar kekristenan Gereja Paulus dan
tetap menerima konsep Trinitas sebagai dasar keimanannya. Kaum Yahudi
Talmudian percaya jika penafsiran dan penulisan Injil harus selalu
sesuai dengan perkembangan zaman. Sebab itu, ketika wacana negara Israel
terangkat ke permukaan seperti yang dicetuskan dalam Kongres Zionis
Internasional I di Basel Swiss tahun 1897, hampir secara bersamaan, kaum
Yahudi ini pun melakukan penulisan ulang Injil versi King James yang
menjadi Injil utama negara-negara berbahasa Inggris di dunia. Konspirasi
memerintahkan agennya, Cyrus L. Scofield, melakukan tugas ini.
Cyrus Ingerson Scofield (lahir 19
Agustus 1843) adalah seorang veteran perang saudara Amerika. Dia sama
sekali bukan ahli agama, pastor, atau pun sarjana. Scofield tak lebih
dari seorang petualang yang pintar berbicara dan mudah meyakinkan orang.
Tipikal orang seperti inilah yang kemudian dirasa cocok oleh kaum
Zionis Yahudi untuk menjalankan misinya mengubah penafsiran umat Kristen
terhadap Alkitab, yang mampu membawa rahasia ini ke dalam liang
kuburnya. Latar belakang Scofield sendiri berasal dari keluarga yang
berantakan, punya catatan kejahatan, dan sering menipu orang.
Pada awal abad ke-20, Scofield mulai
memberikan catatan kaki pada Injil versi King James, Injil yang
dipergunakan oleh negara-negara berbahasa Inggris, termasuk Amerika.
Ayat-ayat di dalam Injil tersebut sama sekali tidak diganti, namun di
bawahnya diberi banyak sekali catatan-catatan kaki yang seluruhnya
berisi dukungan dan pembenaran bagi berdirinya negara Zionis-Israel di
tanah Palestina. Catatan kaki itu bahkan lebih banyak daripada ayat
Injil itu sendiri.
The Oxford University membayar Scofield
yang disebutnya sebagai pastor dan menerbitkan Injil tersebut dengan
jumlah yang teramat besar. Di tahun 1908 Scofield merampungkan kerjanya
ini dan Injil versi King James yang telah ditulisi ratusan bahkan ribuan
catatan kakinya itu disebut sebagai The Scofield Reference Bible, The
Holy Bible. Oxford University Press menerbitkan Injil Scofield pada
tahun 1909 dan melakukan promosi gila-gilaan sehingga Injil Scofield
menjadi Injil paling laris di Amerika Serikat dan bahkan di dunia.
Di dalam Injilnya, Scofield sebenarnya
meneruskan pandangan John N. Darby yang secara umum telah diterima oleh
evangelikalisme arus utama dan fundamentalisme Protestan Amerika.
Scofield Reference Bible kemudian menjadi Alkitab kaum fundamentalis
Kristen di AS dan dunia.
Seorang murid Scofield yang paling
berpengaruh, Lewis Sperry Chafer, di tahun 1924 mendirikan Dallas
Theological Seminary, Sekolah Theologi Amerika yang begitu bersemangat
membela pandangan dispensasionalisme pra-millenialis Darby dan Injil
Scofield, dan yang jelas juga, mereka membela habis-habisan kepentingan
Zionisme.
Para elit Zionis tidak saja
memerintahkan Scofield 'menulis ulang' Injil, tetapi juga menyiapkan
infrastrukturnya. Sesaat setelah terbitnya Injil Scofield, sejumlah
gerakan Kristen evangelikal yang sedang tumbuh di Amerika segera
menyambutnya dengan penuh semangat. Bahkan beberapa di antaranya
tercatat sebagai anggota redaksi penulisan Injil Scofield ini. Injil
baru ini pun kemudian menyebar di seantero Amerika dan juga Eropa,
dipakai sebagai pegangan utama di gereja-gereja evangelikal, seminari,
dan juga kelompok-kelompok studi Alkitab yang bertebaran di seluruh
negeri.
Pendeta Billy Graham dan sejumlah
pendeta-pendeta radikal yang memang dipersiapkan oleh elit Zionis Yahudi
Internasional dengan penuh semangat mengkhotbahkan bahwa Injil Scofield
merupakan Injil yang paling baik dari segi penafsiran. Kepada para
jemaatnya, mereka menyatakan bahwa antara Kristen dengan kaum Yahudi itu
satu kepentingan dan satu missi. Bahkan mereka, dengan mengutip
ayat-ayat Injil secara serampangan, menyatakan siapa pun orang Kristen
yang tidak mendukung Israel adalah terkutuk dan menentang kehendak
Tuhan.
Dengan promosi besar-besaran dan
didukung pabrik propaganda Yahudi Internasional, dari harian, majalah,
bulletin, hingga radio, televisi, dan internet, serta kelompok-kelompok
studi Alkitab yang banyak didirikan, secara perlahan namun pasti opini
yang dikehendaki mereka pun terbentuk. Banyak sekali orang Amerika yang
sekarang menganggap keberadaan Israel di tanah Palestina adalah sesuatu
yang sah, sesuai dengan takdir Tuhan. Mereka kini mendukung
Zionis-Israel tidak sekadar pertimbangan politik atau ekonomi, tetapi
sudah menjadi bagian dari keyakinan keberagamaan mereka. Konspirasi
Yahudi telah sangat berhasil mengubah opini warga Amerika, yang kemudian
diikuti oleh gereja-gereja evangelikal di Eropa dan seluruh dunia.
Inilah sebabnya sekarang kita bisa
dengan mudah melihat, begitu dekatnya dan setianya umat Kristen
mendukung segala kebejatan dan kebiadaban yang dilakukan Israel, bahkan
sekali pun pasukan Zionis itu menembaki gereja tempat Yesus dilahirkan.
Injil Scofield merupakan Injil pijakan ideologis kelompok
Judeo-Christian atau Zionis Kristen di Amerika dan juga dunia.
Sebagai conoh, beberapa catatan kaki buatan Scofield, yang tidak terdapat dalam Injil sebelumnya, adalah:
"Mereka yang menzalimi orang Yahudi
niscaya akan bernasib buruk, (dan) mereka yang melindunginya akan
bernasib baik. Masa depan akan membuktikan prinsip ini dengan cara yang
luar biasa" (Catatan kaki 2, Genesis 12: 1)
"Tuhan telah berjanji pada suatu janji
pemberkatan tanpa syarat kepada negara Israel untuk mewarisi suatu
wilayah tertentu untuk selama-lamanya" (Catatan kaki 2, Genesis 12:1)
"Bagi suatu bangsa yang melakukan dosa
berupa anti-semitisme—kepada mereka—akan menyebabkan penghukuman yang
tidak bisa dielakkan" (Catatan kaki 3, Genesis 15: 1-7)
Freemasonry di Belakang Judeo Christianity
Awal mula terbentuknya kelompok
Judeo-Christian atau Zionis-Kristen di AS, yang kini mainstream Kristen
Amerika, berasal dari jejak Pendeta John N Darby yang berasal dari
Gereja Skotlandia, sebuah denominasi dalam Gereja Anglikan dan pendiri
Plymouth Brethen. Sejarah mengenal Skotlandia sebagai rumah asal para
Freemasonry, setelah Skotlandia di masa kekuasaan Robert de Bruce
menjadi tempat pelarian terbesar bagi Ksatria Templar yang dikejar-kejar
pasukan gabungan Gereja dan Perancis.
Darby merupakan penggagas pertama
doktrin dispensasionalisme pra-millennial. Bersama Pendeta Edward
Irving, Darby sangat gencar mempromosikan dispensasionalisme
pra-millennial dalam tahun 1824-1833 di Inggris dan Skotlandia. Sejak
1862 John N. Darby banyak berkunjung ke Amerika Utara. Dalam kurun waktu
25 tahun ia telah mengadakan tujuh perjalanan propaganda ke Amerika.
Selama berkeliling di Amerika, Darby berupaya menanamkan pengaruhnya
atas para pemimpin gereja evangelis Amerika. Yang menjadi pengikut Darby
tercatat nama-nama seperti William E. Blackstone, James H. Brookes,
Arno Gaebelein, Dwight L. Moody, dan Cyrus I. Scofield.
Selain itu, paham Injili Darby juga
telah menyuburkan tumbuhnya sekolah-sekolah Alkitab,
konferensi-konferensi tentang penggenapan "nubuat para nabi", dan
kelompok-kelompok kajian Alkitab. Awalnya memang sebatas di dalam gereja
evangelis AS namun kemudian dengan cepat menyebar menjadi sesuatu yang
sangat akrab di dalam aras fundamentalisme Amerika Serikat, yang marak
pada tahun-tahun 1875 hingga 1920.
Darby sendiri sesungguhnya tidak pernah
sukses berkarir di tanah kelahirannya. Namun walau demikian ia berhasil
melakukan kunjungan sebanyak tujuh kali ke Amerika dengan agenda
kegiatan dan wilayah yang dikunjunginya sangat luas. Tentu semuanya itu
memerlukan dana yang tidak sedikit. Hal ini menimbulkan kecurigaan di
kalangan pengamat bahwa di belakang Darby sesungguhnya ada pemodal
Zionis-Yahudi yang mendukung perjalanannya itu. Bukankah perjalanan
Darby dalam rangka kepentingan mereka juga?
William E. Blackstone (1841-1935)
tercatat sebagai salah seorang Zionis-Kristen pertama di Amerika.
Blackstone amat gigih selama puluhan tahun memperjuangkan kepentingan
bangsa Yahudi. Dia adalah seorang penginjil dan juga pekerja dari Gereja
Episkopal Methodis, juga pendiri American Messianic Fellowship
International (1887). Blackstone menulis buku Jesus Is Coming (1887) dan
sampai dengan tahun 1927 telah diterjemahkan ke dalam enam puluh bahasa
dunia, termasuk Indonesia.
Di bukunya itu, Blackstone berdalih
bahwa orang-orang Yahudi memiliki hak-hak alkitabiah atas tanah
Palestina dan mereka akan segera menempati kembali tanah itu. Kemunculan
gerakan Zionisme merupakan satu isyarat Alkitabiah bahwa Kristus akan
segera datang kembali (Blackstone tidak menyebut Yesus Kristus,
melainkan hanya Kristus, yang dalam keyakinan Ordo Kabbalah adalah
Yohannes Pembaptis).
Lebih dari itu, Blackstone juga
menegaskan bahwa orang Kristen harus dan wajib mempersiapkan serta
membuka jalan bagi kedatangan kembali Yahudi Diaspora untuk menempati
Tanah Palestina.
Buku Blackstone ini telah dicetak ulang
berkali-kali dan jadi buku yang paling luas pembacanya di abad ke-20.
Kesuksesan Blackstone diikuti oleh terbitnya buku-buku dan novel-novel
sejenis. Dua penulis Kristen ultra-fundamentalis Amerika yang terkenal
adalah Hal Lindsey (The Late Great Planet Earth, 1970) dan novel
teologis Tim LaHaye (Serial Left Behind, 1995). Keduanya mengalami cetak
ulang hingga sekarang telah beredar puluhan juta kopi di seluruh
negara.
Dalam novel-novel Left Behind, Yesus
digambarkan bukan sebagai seorang manusia yang penuh kasih dan
mengajarkan damai, tapi digambarkan sebagai seorang super hero, mirip
Rambo, yang gemar membunuh orang dengan dalih melakukan kehendak Tuhan.
Sebuah wajah Yesus yang haus darah, yang akan segera menghukum tanpa
ampun siapa pun yang tidak percaya padanya atau yang menghalangi
kehendaknya.
Jika hal ini kita sejajarkan dengan
sikap dan citra Presiden George W Bush yang haus perang dan darah, maka
kita akan menemukan benang merah yang sangat kuat bahwa Bush
sesungguhnya terinspirasi oleh gambaran Yesus "Rambo" yang ditulis oleh
penulis-penulis pendukung paham Darby dan Scofield. Bagi siapa saja yang
menginginkan paparan lebih rinci dan jelas mengenai Injil Scofield,
silakan baca artikel Charles E. Carlson berjudul "The Zionist-created
Scofield 'bible': The Source of the Problem in the Mid East, Why
Judeo-Christians Support War".
Walau Judeo Christianity atau Zionis
Kristen telah lama ada di Washington, dan sejak pemerintahan Ronald
Reagan sering menggelar kebaktian di kantor kepresidenan, namun di masa
Presiden George Walker Bush-lah kelompok ini sungguh-sungguh menunjukkan
taringnya. Bush sendiri pernah mengatakan jika Amerika merupakan "Land
of the Christ", Tanahnya Mesiah.
Dalam pidato, kampanye, dan banyak buku
mengenai George W Bush, sosok presiden AS ini digambarkan sebagai
seorang Kristiani yang amat taat. Dalam situs whitehouse.org ada artikel
bertajuk The Presidential Prayer Squad atau Skuadron Doa Kepresidenan.
Mereka adalah George W Bush, Pastor Deacon Fred, Rev. Jerry Falwell,
Jesus (!), Brother Harry Hardwick, dan Rev. Bob Jones Jr. Di halaman
sebelah kanan artikel ada sejumlah agama dan ideology yang diberi tanda
silang. Dari atas ke bawah adalah: Budhists, Hindus, Shiks,
Rastafarians, dan Muslims. Kurang ajarnya, di bagian Muslim itu ada
kotak berisi nama Allah dalam bahasa Arab yang diberi tanda silang.
Artikel itu mengisahkan, "Presiden Bush
selalu memulai harinya jam sembilan pagi dengan berlutut di atas lantai
Oval Office bersama Skuadron Doa Kepresidenannya untuk berdoa dan
menghadap tuannya, The Lord Jesus. Ada Rev. Pat Robertson, Dr. Jerry
Falwell, Rev. Bob Jones Jr., Pastor Deacon Fred, dan Brother Harry
Hardwick..." Presiden Bush dilukiskan sebagai seorang Kristen yang
dilahirkan kembali. Dari pemuda yang menyukai minuman keras dan
ugal-ugalan menjadi seorang pengikut Yesus yang taat.
Di Masa pemerintahan Bush inilah, kali
pertama pidato kenegaraan ditutup dengan doa bersama, hal ini
menyiratkan kedekatan antara negara dengan agama, sesuatu yang belum
pernah terjadi sejak Amerika Serikat berdiri.
Seharusnya, 'kesalehan' seorang Bush dan
pejabat puncak pemerintahan Amerika dengan agama Kristen-nya, mampu
menjadikan bumi ini lebih damai, adil, dan indah. Tapi ironisnya, hal
yang terjadi adalah sebaliknya. Tidak seperti presiden-presiden Amerika
lainnya yang masih memiliki sedikit pertimbangan dan mengedepankan
strategi diplomatik, Bush dan lingkaran elitnya malah mengedepankan
pemerintahan gaya koboi, tembak duluan, urusan benar atau salah nanti
belakangan. Dan gilanya, hal ini mendapat pembenaran atas nama agama
yang esensinya selalu mengklaim sebagai agama cinta kasih.
Bagaimana semua ini bisa terjadi? Adakah
semua ini bisa ditemukan jawabannya dari apa yang disebut
Judeo-Christian atau dalam bahasa yang lebih lugas: Zionis Kristen?
Judeo Christian Lahir Dari Rahim Zionisme
Definisi baku Judeo Christian atau
Zionis Kristen mungkin tidak akan bisa kita temukan. Tapi secara
hakikat, istilah ini mengacu pada keyakinan dan sikap keagamaan umat
Kristen Amerika (dan juga Kristen Eropa serta sebagian besar dunia) yang
memandang bahwa Zionisme merupakan hal yang harus didukung secara
penuh, tanpa syarat, walau kaum Zionis-Israel membunuhi dan membantai
anak-anak tak berdosa. Sebaliknya, mereka akan merasa berdosa apabila
tidak mendukung atau mengecam Zionis-Israel, seakan berdosa kepada
Tuhannya.
Ayat-ayat Injil yang sering dijadikan
dalil utama bagi kelompok ini adalah Perjanjian Tuhan kepada Abraham.
Abraham atau Ibrahim merupakan bapak dari Ismail yang kemudian menjadi
generasi Nabi Muhammad SAW dan Ishaq yang menurunkan bangsa Yahudi.
Bunyi perjanjian itu yang dimuat dalam kitab Genesis (Kejadian) Injil
Perjanjian Lama King James version adalah:
"Dan aku akan menjadikan engkau suatu
bangsa besar, dan Aku akan memberkati engkau, dan menjadikan nama engkau
besar; dan terberkatilah engkau' (Gen 12:2)
"Dan Aku akan memberkati mereka yang
memberkati engkau, dan mengutuk mereka yang mengutuk engkau; dan di
dalam diri engkaulah semua keluarga dari dunia akan diberkati" (Gen 12:
3).
Inilah ayat-ayat yang dijadikan dalil
utama kelompok Zionis-Kristen di dalam sikapnya membela Israel tanpa
syarat. Padahal di dalam sejarah penulisan Injil, kita sudah mengetahui
bahwa kaum Yahudi telah merusak kesucian Injil yang diturunkan Allah Swt
kepada Nabi Isa a.s.
Sayang sekali, orang-orang Kristen tidak
mengetahui atau mungkin tidak mau tahu tentang Talmud. Kitab iblis yang
disucikan Zionis Yahudi ini. Padahal, jika saja mereka mau meluangkan
waktu sedikit saja untuk membuka lembar demi lembar kitab iblis itu dan
mencari ayat-ayat bagaimana sebenarnya sikap kaum Zionis-Yahudi terhadap
Yesus dan kekristenan, maka pasti orang-orang Kristen akan berbalik
arah dan memusuhi kaum Zionis-Yahudi. Lihatlah apa kata Talmud terhadap
Yesus:
"Pada malam kematiannya, Yesus digantung
dan empatpuluh hari sebelumnya diumumkan bahwa Yesus akan dirajam
(dilempari batu) hingga mati karena ia telah melakukan sihir dan telah
membujuk orang untuk melakukan kemusyrikan (pemujaan terhadap
berhala)... Dia adalah seorang pemikat, dan oleh karena itu janganlah
kalian mengasihaninya atau pun memaafkan kelakuannya" (Sanhedrin 43a)
"Yesus ada di dalam neraka, direbus dalam kotoran (tinja) panas" (Gittin 57a)
"Ummat Kristiani (yang disebut 'minnim')
dan siapa pun yang menolak Talmud akan dimasukkan ke dalam neraka dan
akan dihukum di sana bersama seluruh keturunannya" (Rosh Hashanah 17a).
"Barangsiapa yang membaca Perjanjian
Baru tidak akan mendapatkan bagian 'hari kemudian' (akhirat), dan Yahudi
harus menghancurkan kitab suci umat Kristiani yaitu Perjanjian Baru "
(Shabbath 116a)
Inilah ungkapan hati Talmud yang
sesungguhnya tentang Yesus dan umat Kristen. Siapa pun yang mengaku
sebagai seorang Kristen, setelah mengetahui ayat-ayat pelecehan dari
Talmud kepada Yesus dan agamanya, tetapi masih saja mendukung
Zionis-Yahudi, masih saja membantu Israel, maka ia sebenarnya telah
ikut-ikutan melecehkan agamanya sendiri. Jika tidak percaya, silakan
ambil Talmud dan baca sendiri.
Jews Singapore Connection
Yang ketiga, Unggun 'Samuel' Dahana dan
para kolaborator Zionis lainnya menyatakan kepada wartawan jika acara
yang digagaskan juga akan menghadirkan orang-orang Yahudi dari luar
Indonesia, terutama Singapura, dan juga diliput oleh jurnalis Israel.
Walau akhirnya kita ketahui hal ini tidak terjadi, namun apa yang telah
keluar dari mulut mereka harus kita perhatikan dan kritisi.
Sudah menjadi pengetahuan umum jika
Singapura memang merupakan basis Yahudi di Asia Tenggara, bahkan Asia
Pasifik. Buku "Singapura Basis Israel di Asia Tengara" (Rizki
Ridyasmara, 2005) telah cukup memaparkan bagaimana Zionis Israel turut
serta membangun negeri mini tersebut namun memiliki pengaruh dan
kekuatan militer kawasan yang maksi. Semua lobi Zionis Israel di kawasan
Asia Tenggara dan Pasifik selalu saja dikendalikan dari Singapura.
Sangat mungkin termasuk mengendalikan para kolaborator Zionis di
Indonesia.
Bukan rahasia umum lagi jika Singapura
merupakan surga persembunyian para maling uang rakyat Indonesia. Orang
menyebut mereka dengan istilah 'koruptor', namun saya lebih suka
menggunakan istilah 'Maling uang rakyat'.
Sekarang ini, media nasional tengah
gencar membahas dua pelarian dari Indonesia di Singapura. Pertama, Nunun
Nurbaeti. Nunun adalah isteri anggota DPR dari Fraksi PKS Jend. (Pol)
Adang Daradjatun, yang telah ditetapkan Komisi Pemberantasan Korupsi
(KPK) sebagai tersangka kasus suap cek pelawat terkait proses pemilihan
Miranda Goeltom sebagai Gubernur Bank Indonesia. Nunun yang mengaku
sakit ingatan sejak lama sudah bersembunyi di Singapura.
Yang kedua, Nazaruddin, Bendahara Partai
Demokrat yang tersandung kasus suap Wisma Atlet, juga kabur ke
Singapura sebelum imigrasi mengeluarkan pencekalan.
Ikhwal Singapura sebagai surganya para
maling Indonesia mulai mencuat bersamaan dengan badai krisis moneter di
Indonesia pada tahun 1997-1998. Sebuah tabloid bisnis Indonesia
menurunkan sebuah artikel menarik yang mendeskrisikan bagaimana enaknya
kehidupan para konglomerat maling yang bersembunyi di Singapura, hidup
dengan uang rakyat Indonesia yang telah dimalingnya, inilah petikannya:
Sudah menjadi pengetahuan umum, untuk
memakmurkan negaranya yang tidak memiliki kekayaan alam, Singapura amat
agresif menarik orang-orang yang dipandang memiliki kelebihan—terutama
asset kekayaan dari bisnis—untuk menjadi waga negaranya. Di Jakarta,
sebagian professional perbankan dan financial yang berusia di bawah 50
tahun, khususnya mereka yang berdarah keturunan Cina atau India, selalu
disambangi staf kedutaan Singapura guna direkrut menjadi warga
negaranya.
Selain itu, Singapura secara
terang-terangan juga menawarkan kemudahan bagi para pelaku bisnis untuk
mendapatkan status permanent residence. Syaratnya, para pelaku bisnis
harus membayar Sing$1,5 juta (sekitar 8 miliar rupiah) dalam Deposit
Scheme Foreign Entrepreneur atau menanam uangnya pad abiding bisnis yang
disetujui Economic Development Board. Singapura juga memberi kekhususan
bagi para nasabah dari Indonesia dan Thailand dan menjamin keamanan
uang mereka di negeri kecil tersebut.
Tidak adanya perjanjian ekstradisi
antara Singapura dan Indonesia (Singapura selalu menolak menandatangai
perjanjian), menjadikan para koruptor dan konglomerat hitam Indonesia
bisa hidup dengan tenang. Sebab itulah, mereka banyak menimbun hartanya
di sini. Di Indonesia mereka dihujat, di Singapura mereka hidup tenang
dan bermewah-mewah. Salah satu contoh yang paling kasat mata bisa
dilihat dari kepemilikan sektor properti. Dari data yang ada, nyaris 99%
konglomerat hitam punya properti di Singapura.
Distrik 10 dan 15 adalah distrik
terpopuler di Singapura sebagai kawasan kaum berpunya asal Indonesia.
Jelas, kawasan ini bukan tempat sembarangan. Distrik 10 adalah distrik
paling elit di Singapura yang meliputi daerah Orchard Road, Holland
Road, dan Bukit Timah Area. Sementara itu, Distrik 15 yang berada di
timur biasa dikenal sebagai East Coast Area, meliputi daerah Katong dan
Meyer Road.
Di Bukit Timah Area, Martina
Sudwikatmono, anak dari konglomerat Sudwikatmono memiliki properti
mewah. Pentolan Grup SInar Mas, Eka Tjipta Wijaya, yang memiliki utang
segunung di Indonesia, tinggal di daerah Meyer Road, khususnya di
Coastarahu. Mereka memiliki enam tower yang masing-masing terdiri dari 8
hingga 24 lantai. Padahal, harga properti di daerah ini bisa mencapai
44 juta rupiah permeter perseginya! Bisa dibayangkan, berapa banyak uang
yang dibenamkan Grup Sinar Mas untuk enam towernya itu.
Selain Sinar Mas, ada Syamsul Nursalim
di sini. Melalui Tuanshing, perusahaannya di Singapura, pemilik BDNI,
Gajah Tunggal Grup, dan Dipasena ini menguasai banyak property di
Distrik 10. Lalu keluarga Gondokusumo, yang memusingkan pemerintah RI
dengan asset-aset palsunya, juga punya banyak properti mewah di daerah
Bukit Timah dan Distrik 15. Ada pula Boyke Gozali dari Grup Ometraco,
yang perusahaan holdingnya di Indonesia dalam proses likuidasi, punya
apartemen mewah di Steven Road.
Juga keluarga Ongko (pemilik Bank Umum
Nasional, BUN), Sudjiono Timan (mantan Dirut Bahana yang memiliki
tunggakan perkara di Kejaksaan), Samadikun Hartono (Grup Modern
tersangka BLBI), mereka semua punya properti mewah di Singapura.
Gambaran di atas sebenarnya baru
sebagian kecil. Ada banyak konglomerat hitam dan maling lainnya asal
Indonesia yang berfoya-foya dengan uang rakyat Indonesia, sedang rakyat
Indonesia sendiri kini hidup tambah melarat dan kian sekarat.
Sejumlah nama konglomerat hitam yang kabur dan ngumpet di Singapura antara lain adalah :
· Sjamsul Nursalim, kasus BLBI Bank BDNI, merugikan negara Rp 6,9 triliun plus 96,7 juta dolar AS.
· Bambang Sutrisno, kasus BLBI Bank Surya, merugikan negara Rp 1,5 triliun.
· Andrian Kiki Ariawan, kasus BLBI Bank Surya, merugikan negara Rp 1,5 triliun.
· Eko Adi Putranto, kasus BLBI Bank
BHS, merugikan negara Rp 2,659 triliun, belum jelas keberadaannya namun
diduga kuat ada di Singapura.
· Sherny Konjongiang, kasus BLBI
Bank BHS, merugikan negara Rp 2,659 triliun, belum jelas keberadaannya
namun diduga kuat ada di Singapura.
· David Nusa Wijaya, kasus BLBI
Bank Servitia, merugikan negara Rp 1,29 trilun, belum jelas
keberadaannya namun di duga kuat ada di Singapura.
· Agus Anwar, kasus BLBI Bank Pelita, merugikan negara Rp 1.989.832.000.000 plus Rp 700 miliar
· Sujiono Timan BLBI BPUI 126 juta dolar AS Belum jelas keberadaannya
Nama-nama di atas sebenarnya hanya
sebagian kecil dari jajaran konglomerat hitam yang bersembunyi di
Singapura. Besarnya dana yang dibawa kabur ke negeri Singa itu juga
menjadi perbincangan hangat di Indonesia. Data tahun 2010 menyebutkan
sekurangnya ada US$ 87 miliar atau setara dengan Rp. 738 triliun jumlah
investasi para maling uang rakyat ini di Singapura. Sebagai perbandingan
saja, utang Indonesia sejumlah Rp.1.627 triliun yang berarti lebih
kurang setengahnya.
Dan ironisnya, saat krisis itu, Lee Kuan
Yew malah membentuk Asian Currency Unit (ACU) sebagai wadah tempat
menabung warga keturunan Cina di Singapura, termasuk para maling uang
rakyat Indonesia.
Christianto Wibisono, pengamat ekonomi
yang sejak Soeharto lengser lebih banyak tinggal di AS, menyatakan bahwa
ACU ini sengaja diciptakan Lee Kuan Yeuw untuk menampung uang rakyat
Indonesia yang dibawa kabur maling-maling tersebut. Pada Maret 1998,
jumlahnya telah mencapai US$513 miliar.
Yang tak kalah seru adalah data yang
dinyatakan oleh H.N. Nazar Haroen, Ketua Forum Pengusaha Reformasi. Ia
memperkirakan, 110.000 warga keturunan Cina telah melarikan diri ke luar
negeri akibat kerusuhan Mei 1998. Kalau saja setiap orang membawa uang
rata-rata US$1 juta, maka uang yang dibawa kabur dari negeri ini
mencapai US$110 miliar. Itu belum termasuk dana milik 53 konglomerat
Indonesia yang memang sudah diparkir di perbankan luar negeri, yang
jumlahnya sekitar US$160 miliar.
Menggunakan angka Iman Taufik saja,
berarti dana yang dibawa kabur dari Indonesia ini hampir dua kali lipat
dari total bantuan IMF (Dana Moneter Internasional) yang dijanjikan
kepada Indonesia. Bahkan kalau dikurs dengan Rp 7.000, nilainya dua kali
lipat dari APBN 1999. Inilah yang kemudian mengundang kecaman dari
pengamat dan politikus dan menganggap warga keturunan tidak nasionalis
dan mau enaknya sendiri.
Pada medio 1996, setahun sebelum krisis
dimulai, terjadi pemindahan dana secara besar-besaran dengan nominal
lebih dari US$100 miliar "milik" swasta dari bank-bank di Indonesia ke
bank-bank di Singapura. Dengan demikian, patut dicurigai bahwa
sebenarnya para konglomerat Chinese Overseas itu sebenarnya sudah
tahu—atau malahan bersekongkol—bahwa pialang Yahudi George Soros akan
memborong dollar AS secara besar-besaran di tahun 1997 dari seluruh
pasar mata uang Asia.
Juga diketahui jika Liem Sioe Liong,
kroni Soeharto, sebelum krisis dikabarkan sudah mengoper saham-saham
Bogasari dan Indofood ke PT QAF, yang juga dimiliki Liem Sioe Liong.
Tapi karena PT QAF berpusat di Singapura dan berbasis pada dolar, maka
PT QAF terbebas dari krisis moneter yang melanda Indonesia. Ini menjadi
indikasi jika Liem sudah tahu bahwa krisis akan terjadi, lalu ia
memindahkan kekayaannya ke Singapura.
Perdana Menteri pertama Singapura,
hasil Pemilu 1955, bernama David Saul Marshall. Dialah pemimpin Partai
Buruh yang juga berasal dari keluarga Yahudi Ortodoks Iraq. Kemenangan
Marshall tentunya tak lepas dari lobi Yahudi di negeri mini ini.
Selain Marshall, Perdana Menteri yang
sangat berpengaruh sehingga dijuluki sebagai 'Bapak Singapura' adalah
Lee Kuan Yew. Lee sejak lama diketahui telah tertarik dengan
Zionis-Israel dan menganggap Singapura memiliki banyak kemiripan dengan
Israel.
Secara geopolitik, Singapura dan Israel
sama-sama kecil dan sama-sama "dikepung" oleh negara-negara besar yang
memiliki perbedaan mencolok. Jika Zionis-Israel dikepung oleh
bangsa-bangsa Arab yang selalu memusuhinya, maka Singapura yang
mayoritas Cina pun selalu merasa dikepung oleh bangsa-bangsa Melayu.
Kebetulan, bangsa Melayu identik dengan Islam, sama seperti Arab. Jadi
baik Israel maupun Singapura sama-sama merasa dikepung oleh
bangsa-bangsa yang berideologi Islam.
Bukan itu saja, secara pribadi Lee juga
sangat terkesan dengan sistem pertahanan dan intelijen Israel yang mampu
tetap eksis bahkan menjadi negara kecil yang "super power" di tengah
bangsa-bangsa besar yang menjadi musuhnya. Kecil-kecil cabe rawit,
demikian pikir Lee terhadap Israel, dan Singapura harus menjadi seperti
Israel di Asia Tenggara.
Pemikiran ini sudah dimiliki Lee sebelum
Singapura merdeka dari Malaya. Bahkan di tahun 1962, Lee telah menjalin
kontak yang erat dengan Duta Besar Israel untuk Bangkok, Mordechai
Kidron, guna membangun angkatan bersenjata Singapura. Goh Keng Swee,
pada waktu Lee Kuan Yew berkuasa dipercaya merangkap jabatan Menteri
Keuangan sekaligus Menteri Pertahanan Singapura, menjadi penghubung
antara Lee dengan Kidron.
Atas restu Lee, Goh sering terbang ke
Bangkok menemui Mordechai Kidron. Mordechai Kidron menerima Goh dan
menyanggupi rencana Singapura untuk menjadikan Israel sebagai "arsitek"
sistem pertahanan militer dan jaringan intelijen Singapura. Tak sampai
beberapa hari, Kidron segera ganti terbang ke Singapura menemui Lee Kuan
Yew. "Sejak saat itu, Kidron mendatangiku beberapa kali antara tahun
1962 hingga 1963 khususnya untuk membahas pembukaan kedutaan besar
Israel di Singapura," ujar Lee (seperti dikutip dalam Lee Kuan Yew: From
Third World to First, Singapore, 1963-2000: Building an army from
scratch).
Di bawah kepemimpinan Lee, Singapura
tumbuh menjadi satu negara kecil yang besar dan kuat. Kecil dipandang
dari sudut luas geografis, namun besar dan kuat dalam pengaruhnya atas
politik regional maupun perdagangan internasional. Tanggal 21 September
1965, Singapura diakui dan tercatat sebagai anggota Perserikatan
Bangsa-Bangsa (PBB).
Angkatan Bersenjata Singapura Lahir Dari Rahim Zionis Israel
Harian Ha'aretz terbitan Israel edisi 15
Juli 2004 memaparkan kesaksian sejumlah mantan perwira senior tentara
Zionis-Israel tentang hubungan antara negara Zionis ini dengan
Singapura. Ha'aretz dengan penuh kebanggaan menceritakan bahwa Israel
adalah negara yang membangun dan mencetak sistem pertahanan, intelijen,
dan komando tentara Singapura dari awal hingga sekarang.
Dalam sidang parlemen Singapura tahun
1999 dilaporkan data bahwa negeri liliput ini telah menghabiskan 7,27
milyar dolar dalam setahun untuk membangun dan memutakhirkan sistem
pertahanannya. Ini berarti sekitar 25% dari anggaran belanja negara itu
diperuntukkan bagi anggaran militer.
Sebuah laporan dari Asian Defense
Journal (2000) menyebutkan bahwa Singapura memiliki sedikitnya sepuluh
jet tempur F-16D, empat pesawat jet tempur F-16B, delapan F-5T fighters,
dan tigapuluh enam buah F-5C fighters, yang seluruhnya diperlengkapi
dengan sistem persenjataan dan suku cadang yang komplit. Beberapa sumber
lain bahkan menyebutkan jika Singapura telah memiliki seratusan pesawat
jet tempur lengkap dengan sistem persenjataannya, sederetan Rudal
rapier lengkap dengan radar otomatik, empat kapal selam canggih bikinan
Swedia, dan aneka peralatan tempur modern lainnya.
Menteri Pertahanan Goh Keng Swee bisa
dianggap sebagai salah satu orang Singapura pertama yang meletakkan ide
menggunakan jasa Zionis-Israel sebagai arsitek pembangun cetak biru
sistem pertahanan dan keamanan Singapura. "Yang bisa membantu Singapura
hanyalah Israel. Sebuah negara kecil yang dikepung oleh negara-negara
Muslim tapi mempunyai basis militer yang kuat. Hanya Israel yang mampu
membangun militer yang dinamis di sini," papar Goh Keng Swee.
Setelah itu pemerintah Singapura
diam-diam menjalin kontak dengan Israel. Permintaan Singapura disambut
hangat negeri zionis tersebut. Berbagai persiapan pun digalang kedua
belah pihak dengan amat intensif. Sebuah tim rahasia dengan sandi
"Mexicans" pimpinan Kolonel Yaakov Elazari dari Israeli Sayeret (Israel
Defence Force, IDF) dibentuk dan diperintahkan untuk segera ke
Singapura. Tim ini mempunyai satu misi penting: membangun cetak biru
sistem pertahanan keamanan dalam skala nasional. Salah satu hal yang
pertama akan dilakukan tim ini adalah menciptakan komandan-komandan
lapangan yang tangguh bagi tentara nasional Singapura.
Dari Bandara Ben Gurion, Israel,
"Mexicans Team" yang diperlengkapi dengan paspor sekali pakai dengan
identitas palsu ini berangkat ke Singapura. Mereka bersama keluarga
tidak langsung ke negeri kecil itu, tetapi berpindah pesawat beberapa
kali di berbagai negara Eropa, transit satu-dua hari, baru ke Singapura.
Ini merupakan prosedur standar intelijen untuk menghindari penciuman
dinas rahasia negara musuh atau pihak-pihak yang tidak berkepentingan.
Sehari sebelum Natal tiba, 24 Desember
1965, enam orang perwira IDF lengkap dengan seluruh anggota keluarga
mereka telah mendarat di Bandara Internasional Changi. Bagai turis dari
Eropa yang ingin berlibur dengan keluarganya, rombongan itu dijemput
sebuah bus travel da menghilang di tengah keramaian lalu lintas negara
kota tersebut Kolonel Yaakov Elazari dan Yehuda Golan termasuk di
antaranya.
Setibanya di Singapura, mereka segera
menempati sebuah gedung yang dijadikan rumah tinggal. Tugas keenam
perwira Israel ini adalah merekrut dan melatih para calon tentara
Singapura. Latihan yang diberikan pada calon taruna tentara Singapura
pun amat berat dan dengan disiplin amat tinggi. Para taruna wajib bangun
sebelum pukul 5.30 dan langsung latihan hingga pukul 13.00.
Pernah ada satu kasus di mana para
taruna mengajukan protes kepada Kolonel Yehuda Golan atas kerasnya
latihan yang mereka terima. "Kolonel Golan, orang-orang Arab tidak
sedang menduduki kepala kami. Apakah perlu latihan segila ini?" protes
salah satu taruna yang menjadi juru bicara teman-temannya.
Yehuda Golan segera menyampaikan protes
itu pada Elazari. Lantas oleh Elazari diteruskan kepada Menteri
Pertahanan Singapura, Goh Keng Swee. Keesokan harinya, Goh Keng Swee
melakukan kunjungan mendadak di base camp. Pagi-pagi sekali, para taruna
itu dibariskan di lapangan apel bendera. Di depan para taruna, dengan
nada tinggi sang menteri mengancam mereka, "Lakukan semua yang
diperintahkan Kolonel Golan. Jika tidak, kalian akan melakukannya dua
kali lebih keras! Ini bukan ancaman tapi janji saya kepada kalian!"
Setelah diancam demikian, para taruna
tersebut terdiam. Rasa nasionalismenya kembali membubung tinggi saat
para instrukturnya yang dari Israel selalu mengingatkan bahwa setiap
saat Singapura selalu dalam keadaan bahaya karena memiliki negara
tetangga yang merupakan negara-negara Muslim yang besar. Dan hasilnya
sungguh menakjubkan. Kurang dari setahun Israel bisa mencetak ratusan
komandan dalam pasukan Singapura.
Di kemudian hari terbukti, kerja The
Mexicans Team sungguh luar biasa. Setelah sukses menuntaskan misi di
Singapura, Yaakov Elazari naik pangkat menjadi Brigadir Jenderal.
Setelah pensiun dari dinas Israeli Sayeret, Elazari tetap dipertahankan
menjadi konsultan ahli angkatan bersenjata Singapura, bolak-balik
Israel-Singapura.
Yaakov Elazari dan Yehuda Golan bisa
disebut sebagai "Bapak Tentara Singapura" sebenarnya. Beberapa buku
pedoman kemiliteran Singapura disusun keduanya. Ada "Buku Coklat" (Brown
Book) yang mengulas panjang lebar namun sistematis tentang doktrin
pertempuran, ada pula "Buku Biru" (Blue Book) yang berisi aturan dan
peran Menteri Pertahanan dan dinas intelijen. Kolonel Yehuda Golan
pernah mengakui jika dirinya memegang peranan utama dalam penyusunan
konsep tentang pasukan infanteri.
*
Sejarah telah mencatat jika Singapura
memang sangat akrab dengan Zionis-Israel dalam banyak hal. Sebab itu,
tidaklah mengherankan jika para kolaborator Zionis-Israel yang ada di
Indonesia sangat akrab dengan negeri mini tersebut.
Rencana perayaan peringatan HUT
Zionis-Israel yang dilontarkan Unggun 'Samuel' Dahana pada hari Sabtu,
14 Mei 2011, memang batal. Namun Nur Muhammad 'Benjamin' Ketang bersama
sejumlah koleganya 'berhasil' merayakan di sebuah kamar hotel di daerah
Puncak, Jawa Barat. Anehnya, polisi sampai hari ini tidak berbuat
apa-apa terhadap kolaborator Zionis ini yang jelas-jelas menistai
Konstitusi Negara Indonesia.
Hal ini diyakini merupakan semacam test
the water, uji coba, untuk melihat reaksi masyarakat negeri ini terhadap
Zionis-Israel. Hal ini tidak akan dilakukan sekali ini saja, namun tak
mustahil di masa depan juga akan timbul uji coba-uji coba baru. Dan
bagaimana nantinya, sikap umat Muslim Indonesialah yang akan menjadi
ukurannya. [Tamat/rz]
Sumber: eramuslim.com
0 komentar:
Posting Komentar