Atmosfer yang tebal dan berkabut dari Titan, satelit alami bulan terbesar Saturnus, memiliki masa geologi yang membingungkan, sebuah penelitian baru terungkap seperti diberitakan space.com, 23 Juli 2012.
Peneliti dari Massachusetts Institute of Technology (MIT) in Cambridge and the University of Tennessee at Knoxville mempelajari gambar Titan untuk menyelidiki erosi datarannya, selama jutaan tahun, dengan sungai metana cair.
Peneliti dari Massachusetts Institute of Technology (MIT) in Cambridge and the University of Tennessee at Knoxville mempelajari gambar Titan untuk menyelidiki erosi datarannya, selama jutaan tahun, dengan sungai metana cair.
Para ilmuwan menemukan bahwa di beberapa daerah, jaringan sungai Bulan Titan menyebabkan erosi yang sangat sedikit, menunjukkan bahwa proses erosi di Titan terjadi sangat lambat, fenomena yang lebih baru penyebab berubahnya atau menghilangnya dasar sungai kuno dan bentang alam di Titan, demikian para penelitimengatakan.
“Ini adalah permukaan yang seharusnya terkikis jauh lebih dari apa yang kami lihat, jika jaringan sungai telah aktif dalam waktu yang lama,” kata peneliti Taylor Perron, asisten profesor di MIT, dalam sebuah pernyataan. “Ini menimbulkan beberapa pertanyaan yang sangat menarik tentang apa yang telah terjadi di Titan dalam miliar tahun lalu.”
“Ini adalah permukaan yang seharusnya terkikis jauh lebih dari apa yang kami lihat, jika jaringan sungai telah aktif dalam waktu yang lama,” kata peneliti Taylor Perron, asisten profesor di MIT, dalam sebuah pernyataan. “Ini menimbulkan beberapa pertanyaan yang sangat menarik tentang apa yang telah terjadi di Titan dalam miliar tahun lalu.”
Mengintip ke masa lalu Titan
Titan diperkirakan lahir sekitar empat miliar tahun, kira-kira usia sama dengan kelahiran bagian dari tata surya. Kondisi batuan padat pada bulan Saturnus: Titan, sebagian besar terdiri dari metana dan nitrogen, menciptakan kabut oranye tebal yang menghambat para astronom untuk dapat melihat permukaannya.
Pada tahun 2004, pesawat ruang angkasa NASA, Cassini menembus kabut berawan Titan dan pertama kali menyingkap citra radar secara rinci permukaan bulan Titan. Cassini terbang sesekali mengorbit Saturnus.
Gambar-gambar menunjukkan bahwa medan es Titan diukir selama jutaan tahun oleh sungai metana cair, mirip dengan sungai di Bumi yang jejaknya membentuk benua berbatu di planet ini, kata para peneliti. Tapi, sementara lanskap Titan sekarang didokumentasikan dengan baik, masa lalu geologi masih merupakan misteri.
Gambar-gambar menunjukkan bahwa medan es Titan diukir selama jutaan tahun oleh sungai metana cair, mirip dengan sungai di Bumi yang jejaknya membentuk benua berbatu di planet ini, kata para peneliti. Tapi, sementara lanskap Titan sekarang didokumentasikan dengan baik, masa lalu geologi masih merupakan misteri.
Bulan pada satelit Bumi yang kita kenal selama ini, adalah bulan yang paling memiliki banyak bopeng di tata surya, dengan kawah menghiasi permukaannya. Berbeda dengan bulan Saturnya Titan, relatif halus, meskipun bulan dan Titan sama-sama lahir sebagai bagian dari tata surya. Cukup dilihat dari fitur permukaan, Titan seperti jauh lebih muda, antara 100 juta dan 1 miliar tahun, kata para peneliti.
Untuk menjelaskan kurangnya Titan kawah, para peneliti menunjuk planet kita sendiri.
“Kita tidak memiliki banyak kawah di Bumi,” kata Perron. “Orang-orang berduyun-duyun ke kawah bekas tumbukkan komet atau meteor karena begitu sedikit, dan satu penjelasan bahwa benua bumi selalu mengikis atau ditutupi dengan endapan. Itu mungkin menjadi kasus yang sama di Titan…”
Proses geologi, seperti lempeng tektonik, gunung berapi meletus, gletser mencair dan jaringan sungai, telah mengubah permukaan Bumi selama miliaran tahun. Menurut hasil dari studi baru, proses yang sama, termasuk pergolakan bumi, letusan lava dingin, erosi dan sedimentasi oleh sungai, mungkin juga faktor penyebab di Titan, bulan terbesar Saturnus tersebut.
Namun, penentuan fenomena penyebabnya yang mungkin telah mengubah bentuk permukaan Titan adalah tugas yang rumit. Gambar yang diambil oleh pesawat ruang angkasa Cassini dengan tidak ada rincian gambaran mengenai bentuk daratan elevasi atau kedalaman.
“Ini tantangan yang menarik,” kata Perron. “Ini hampir seperti kita dilemparkan kembali beberapa abad, sebelum ada peta topografi, dan kami hanya memiliki peta yang menunjukkan di mana sungai-sungai ini.”
Untuk mempelajari bagaimana sungai metana Titan mengikis permukaan bulan, para peneliti memetakan 52 jaringan sungai terkemuka dari empat daerah. Gambar sungai-sungai ini dibandingkan dengan model yang dikembangkan oleh Perron tentang bagaimana jaringan sungai berkembang dari waktu ke waktu.
Gambar Titan juga dibandingkan dengan daerah di bumi, termasuk daerah vulkanik dengan lanskap pulau Kauai dan di Amerika Utara. Para peneliti melihat kemiripan antara planet kita dan bulan Saturnus, Titan. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa proses geologi yang sama mungkin telah mengubah permukaan es Titan pada masa lalu.
“Ini adalah tempat yang mirip Bumi, bahkan dengan kombinasi eksotis bahan dan suhu,” kata Perron. “Sehingga Anda masih dapat mengatakan sesuatu yang pasti tentang erosi Ini adalah proses fisika yang sama..”
“Ini adalah tempat yang mirip Bumi, bahkan dengan kombinasi eksotis bahan dan suhu,” kata Perron. “Sehingga Anda masih dapat mengatakan sesuatu yang pasti tentang erosi Ini adalah proses fisika yang sama..”
Hasil rinci penelitian akan diterbitkan dalam edisi mendatang Journal of Geophysical Research-Planets.
0 komentar:
Posting Komentar