Bagaimana cara melihat mahluk halus? menurut mitos yang banyak dipercaya masyarakat indonesia, Metode Jaelangkung adalah cara paling populer untuk mengundang mahluk halus, Masyarakat di Indonesia, khususnya masyarakat Jawa masih memiliki kepercayaan di bidang dunia mistik yang sangat erat sehingga muncullah banyak mitos seputar mahluk halus seperti genderuwo misalnya, Lantas bagaimana cara yang banyak digunakan masyarakat indonesia untuk melihat mahluk halus? berikut adalah beberapa metode yang biasa di terapkan untuk melihat mahluk halus menurut mitos jawa.
1. Metode Jaelangkung (Berkomunikasi dengan arwah). Resiko: 5/5
Cara yang sudah umum diketahui. Ritual ini merupakan prosesi pemanggilan arwah melalui metode boneka yang terbuat dari siwur (gayung tradisional jawa), kukusan, dan jerami. Kain mori, menyan, hio, bunga kantil, dan minyak misik digunakan sebagai pelengkap. Agar keberhasilan proses pemanggilan bisa lebih tinggi, boneka biasanya disemayamkan dulu di tempat yang dianggap wingit semalaman pada malam anggara kasih. mantra pemanggil beraneka ragam, tergantung daerah pemanggilan dan tidak akan saya ikutsertakan di sini mengingat tingkat keberhasilan metode ini sangat tinggi dan resikonya paling tinggi di antara metode lain. Bahkan dalam rangka sembrono pun metode ini bisa berhasil! Jika tertarik mencoba, sebaiknya didampingi oleh orang yang berpengalaman di bidang supranatural.
2. Sadha Lanang dan Pohon Pisang. Resiko 2,5/5(Gendruwo, Buto Ijo, Lelepah)
2. Sadha Lanang dan Pohon Pisang. Resiko 2,5/5(Gendruwo, Buto Ijo, Lelepah)
Duduklah di bawah pohon pisang pada waktu surup (senja, tepat sesudah maghrib sampai sebelum Isya), sambil memegang sadha lanang. Diutamakan pisang emas, dan yang memiliki bunga / jantung pisang. Resiko relatif kecil asalkan anda orang yang pemberani dan sadha lanang tidak terlepas dari badan anda. Jika mudah trauma / sedang tidak sehat jangan mencoba cara ini. Aura makhluk halus bisa berdampak negatif bagi kesahatan fisik manusia.
3. Bersiul di waktu surup di dekat pawuhan (tempat buang sampah). Resiko 2/5
Bersiul dengan menirukan suara salah satu jenis burung tertentu di waktu surup dipercaya bisa memancing kedatangan kemamang (hantu api menurut kepercayaan masyarakat gunungkidul.).Saat candhik ala katanya juga akan memboost tingkat keberhasilan tindakan ini. Candhik Ala adalah saat langit senja berwarna merah darah. belum pernah membuktikan.
4. Tidur tengah malam Melintang di depan pintu rumah dengan bantal sapu gerang. Resiko 3/5 (berbagai macam lelembut)
Cara ini diyakini memiliki tingkat keberhasilan relatif tinggi. Ada yang mengatakan harus telanjang, tidak perlu. lelembut akan terlihat saat kita memasuki masa tidur-tidur ayam. Jangan berkata sepatah kata pun saat melihat penampakan, apalagi alok-alok (berkomentar). hal itu akan dianggap tantangan. Jika ada yang menghampiri, cukup senyum, atau cuekin saja. Mereka hanya menyapa namun dalam cara dan bahasa mereka. 3 kali mencoba membuktikan, namun cuma berhasil 1 kali. Sapu gerang adalah sapu lidi yang sudah sering dipakai hingga betuknya agak butut. kalau ada yang menggunakan merang sebagai pengikatnya.
5. Berkeliling rumah tengah malam 7 kali dengan telanjang. Resiko ?/5
Ada juga yang mengikutsertakan sarat berjalannya mundur dan tanpa bicara. Walau kelihatannya meyakinkan, metode ini yang paling belum terbukti keberhasilannya. Jika rekan-rekan ada yang pernah mendengar atau membuktikan sendiri, silakan berikan kesaksian.
6. Melihat terbalik diantara 2 kaki kita. Resiko 1/5 (Lelembut di tempat umum)
Cukup berdiri dengan 2 kaki terbuka lebar, lalu bungkukkan badan hingga posisi kepala bisa melihat arah belakang kita melalui 2 kaki kita sendiri. Agar bisa membedakan mana lelembut dan mana manusia betulan, baiknya lakukan di malam hari saat sepi di tempat yang lumayan sepi dan angker misalnya di bangsal rumah sakit. Tingkat keberhasilan sangat kecil sekali.
7. Memanggang burung gagak di areal pemakaman angker. resiko 5/5. (berbagai macam lelembut+arwah penasaran)
Cara ini jangan sekali-kali dicoba tanpa didampingi pawang!! Ini sebenarnya adalah salah satu ritual pesugihan “Sate Gagak”. cukup memanggang daging gagak, atau burung gagak hidup/mati di areal kuburan yang wingit, maka tak akan makan waktu lama arwah2 orang yg mati penasaran akan menghampiri si pelaku lengkap dengan keadaan fisik mereka waktu meninggal. Lelembut original pun tak akan ketinggalan. Si pelaku harus memiliki level keberanian yang sangat tinggi pada ritual ini, dan juga harus pandai bersilat lidah layaknya orang jual beli. lelembut yang tidak kebagian dagangan biasanya akan sewot dan meri (iri) pada yang kebagian. Dan sasarannya tentu saja sang penjual sate gagak. Di situlah peran pawang sangat dibutuhkan. Seorang kawan dari om saya dari daerah Klajuran, Kulon Progo sudah pernah mencoba, namun tidak bisa selesai. Dia lari tunggang langgang setelah didatangi Buto Ijo sak geng. Untung saja sang pawang sigap mengendalikan situasi, karena si pelaku sempat dilempar anglo (pemanggang sate) dan mengenai bagian punggungnya hingga mengakibatkan luka bakar cukup serius.
0 komentar:
Posting Komentar