Operasi TRIKORA di cetuskan oleh Ir. Soekarno pada tanggal 19
Desember 1961 bertempat di alun-alun Utara yogyakarta. Trikora merupakan
sebuah operasi yang bertujuan untuk mengembalikan wilayah Papua bagian
barat ke Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Trikora muncul karna
adanya kekecewaan dari pihak indonesia yang selalu gagal dalam
perundingan dengan Belanda untuk mengembalikan irian barat yang secara
sepihak diklaim sebagai salah satu provinsi kerajaan Belanda.
Sebelum di cetuskanya TRIKORA presiden sukarno pd thn 1960
memerintahkan jend. A.H. Nasution untuk mencari peralatan militer ke
luar negeri, negara yang pertama dikunjungi adalah Amerika, namun
menolaknya, lalu A.H. Nasution meminta bantuan pada uni sovyet dan
berhasil mengadakan perjanjian jual beli senjata dan peralatan tempur
berupa : 41 Helikopter MI-4, 9 Helikopter MI-6, 30 pesawat jet MiG-15,
49 pesawat buru sergap MiG-17 ,10 pesawat buru sergap MiG-19, 20 pesawat
pemburu supersonik MiG-21, 12 kapal selam kelas Whiskey, puluhan
korvet, dan 1 buah Kapal penjelajah kelas Sverdlov, 22 pesawat pembom
ringan Ilyushin Il-28, 14 pesawat pembom jarak jauh TU-16, dan 12
pesawat TU-16 versi maritim ( lengkap dgn rudal AS-1 Kennel
), 26 pesawat angkut ringan jenis IL-14 dan AQvia-14, 6 pesawat angkut
berat jenis Antonov An-12 B dan 10 jenis C-130 Hercules buatan amerika.
Dengan berhasilnya mendatangkan peralatan militer yang sebanyak itu,
indonesia menjelma menjadi negara yang memiliki angkatan udara terkuat
di bumi bagian selatan.
Setelah dicetuskanya operasi TRIKORA, Ir.sukarno membentuk komando
MANDALA yang dikomandani oleh Mayjen. Suharto. Tugas dari komando
MANDALA adalah : merencanakan, mempersiapkan, dan menyelenggarakan
operasi militer untuk menggabungkan Papua bagian barat dengan Indonesia.
Untuk melakukan tugas tsb mayjen. Suharto menerapkan strategi
Infiltrasi (penyusupan), Eksploitasi, dan Konsolidasi.
Gelar operasi infiltrasi dilakukan secara bertahap melalui jalur
udara dengan menggunakan pesawat-pesawat angkut berat AURI (TNI AU),
sedangkan melalui jalur laut, ALRI (TNI AL) mengerahkan 3 kapal perang
serta 2 Kapal selam. Pada tgl 15 januari 1962 terjadi insiden
pertempuran dimana 3 kapal perang ALRI kepergok oleh kapal fregat
belanda mengakibatkan tenggelamnya KRI Macan Tutul serta menewaskan
Komodor Yos Sudarso, peristiwa ini dikenal dengan Pertempuran Laut Aru.
Setelah menggelar tahap Infiltrasi yang berlangsung hingga thn 1962,
ALRI kemudian mempersiapkan Operasi Jayawijaya yang merupakan operasi
amfibi terbesar dalam sejarah operasi militer Indonesia. Lebih dari 100
kapal perang dan 16.000 prajurit disiapkan dalam operasi pendaratan
tersebut. Operasi ini sebagai pendukung dalam tahap Eksploitasi yang
bertujuan untuk menyerang kekuatan belanda secara terbuka, dalam tahap
ini ALRI juga mengerahkan 12 kapal selam serta kapal penjelajah KRI IRIAN,
sedangkan AURI menerbangkan pesawat pembom TU-16 dilengkapi rudal AS
1-kennel yang siap menenggelamkan kapal induk Hr. Ms. Karel Doorman
milik belanda.
KRI IRIAN (Kapal penjelajah kelas Sverdlov)
Pesawat pembom jarak jauh TU-16
Melihat kekuatan militer indonesia yang sudah pada posisi mengepung
pulau papua, Amerika selaku sekutu belanda mengusulkan untuk diadakanya
perundingan dan mendesak belanda untuk segera menyerahkan papua barat
pada indonesia, pada tgl 15 agustus 1962 diadakan perundingan di markas
PBB di New York dan dikenal dengan PERJANJIAN NEW YORK yang isi
pokoknya adalah "Penyerahan wilayah Papua Barat pada PBB (UNTEA) untuk
selanjutnya diserahkan kepada pemerintah Indonesia yang sebelumnya harus
diadakan proses Penentuan Pendapat Rakyat (PEPERA) yang diselenggarakan
sebelum thn 1969". Untuk menghormati isi Perjanjian tsb Presiden
Sukarno pd tgl 18 agustus 1962 memerintahkan untuk menarik mundur semua
pasukan dari papua.
PEPERA diselenggarakan thn 1969, isi PEPERA berupa 2 pilihan yaitu :
- Tetap bergabung dengan Indonesia
- Memisahkan diri dari Indonesia
0 komentar:
Posting Komentar